Review

Dalam Mihrab Cinta (DMC), Debut Perdana Kang Abik sebagai Sutradara

December 24, 2010

“Yang baik akan terlihat baik pada saatnya, dan yang buruk juga akan tersingkap kesejatiannya pada saatnya”

Mendengar nama Habiburahman Elsirazy atau yang akrab disapa dengan Kang Abik maka kita akan langsung teringat dengan deretan novel romansa relijius yang sukses di pasar tanah air. Sebut saja Novel Ayat-Ayat Cinta (AAC) dan dwilogi Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Bahkan kedua novel yang sukses menjadi best seller ini pun telah dibuat versi layar lebar. Sedangkan novel terakhir Kang Abik yaitu Bumi Cinta masih belum diketahui apakah juga akan mengikuti jejak kedua novel sebelumnya yang akhirnya difilmkan.

Dalam urusan menulis novel, kehandalan Kang Abik tentu saja tidak perlu diragukan lagi. Namun bagaimanakah jadinya bila Kang Abik berperan sebagai seorang sutradara?

Tantangan ini terjawab dengan release nya Film Dalam Mihrab Cinta (DMC) pada 23 Desember 2010 di seluruh bioskop tanah air. Film ini diambil dari cerita pendek karya beliau sendiri dengan judul yang sama. Kabarnya cerpen DMC ini pun akan diterbitkan dalam bentuk novel.

Alhamdulillah saya berkesempatan untuk menyaksikan Gala Premier (GP) Film Dalam Mihrab Cinta ini Selasa kemarin (21/12/2010). Bertempat di Gandaria XXI acara GP ini  dihadiri penuh sesak oleh para undangan yang berasal dari berbagai media dan tentu saja anggota milis KCB dan komunitas MataSinema.

PEMAIN


Di jajaran pemain dalam film ini  kita kembali bertemu dengan wajah-wajah dari Film KCB maupun sinetron KCB spesial Ramadhan, semisal Meyda Sefira, Asmirandah, Niniek L Karim, Neno Warisman, Tsania Marwa, Boy Hamzah, dan Elma Theana. Selain para pemain KCB tersebut kita juga bertemu dengan para pemain yang tak asing lagi di jagad persinetronan tanah air. Sebut saja Dude Herlino sebagai pemeran utama film ini, El manik, Iszur Muchtar, Berliana Febrianti dan Kaharudin Syah.

Apakah ini merupakan salah satu titik lemah film ini? Atau malah merupakan keunggulan? Semua tergantung dari sudut mana kita memandangnya.

Sebagian masyarakat ada yang memang langsung memberikan penilaian bahwa jajaran pemain ini agak kurang “greget” karena hampir sama sekali tidak menampilkan wajah baru yang segar.

Namun demikian saya berkeyakinan bukan tanpa alasan Kang Abik dalam melakukan pemilihan pemain-pemain tersebut. Mungkin Kang Abik ingin menjadikan tiap tokoh dalam film ini benar-benar terwakili secara utuh oleh masing-masing pemain dalam pribadi mereka. Jika demikian adalah wajar ini dilakukan Kang Abik untuk menjaga citra dan pesan film ini agar tersampaikan dengan baik kepada masyarakat.

Selain itu tentu saja deretan pemain di atas telah teruji kemampuan aktingnya dalam beberapa film sebelumnya dan umumnya mereka pun telah memiliki penggemar yang fanatik masing-masing.

CERITA (Bukan SPOILER)


Masih memilih genre yang sama dengan film-film sebelumnya, Film Dalam Mihrab Cinta ini kembali berkisah tentang drama cinta yang dibalut nilai relijius yang kental dari seorang tokoh bernama Syamsul Hadi (Dude Herlino).

Begitu kejinya dampak fitnah, begitu indahnya buah kesabaran, betapa adilnya Tuhan bagi semua hamba-hamba-Nya, begitu lebarnya terbuka pintu taubat-Nya bagi siapa pun, dan tentu saja begitu misteriusnya jodoh itu hadir dalam kehidupan adalah antara lain pesan dan hikmah yang bisa kita ambil dari film ini.

Ada 2 gadis cantik di seputar kehidupan Syamsul, yakni Zidna Ilma atau Zizi (Meyda Sefira) dan Silvie (Asmirandah). Penonton diajak untuk menikmati alur cerita yang ringan, runut, dan sangat bisa dinikmati. Yang berbeda kali ini Kang Abik menampilkan seorang tokoh yang antagonis, yakni Burhan (Boy Hamzah).

Kisah mengalir begitu runut dan mudah untuk diikuti serta dicerna. Beberapa kali Kang Abik menampilkan flash back untuk mengingatkan penonton akan detail adegan sebelumnya. Penonton benar-benar dimanjakan dengan jalan cerita yang terhidang, hingga keinginan happy ending bagi sang tokoh pun dikabulkan Kang Abik dalam film ini.

Cerita dilengkapi dengan beberapa adegan emosional yang cukup menyentuh bagi penonton. Dude Herlino berhasil menghidupkan tokoh Syamsul Hadi dengan sangat baik dan proporsional (tidak berlebihan). Misalnya adegan ketika Syamsul dicukur habis rambutnya (botak), adegan taubat Syamsul, adegan pertemuan Syamsul dengan ibundanya, serta adegan kematian salah seorang tokoh utama yang begitu menyentuh.

Selain adegan mengharukan film ini juga dilengkapi dengan adegan humor di sana-sini. Lihat saja bagaimana adegan mencopet amatiran Syamsul, atau adegan nasihat cara mencopet yang baik dari para penghuni penjara kepada Syamsul yang dijawab Syamsul dengan ucapan : “Insya Allah” (doh)

DMC beda

Film DMC ini berbeda dengan film-film dari novel Kang Abik sebelumnya. Apa saja perbedaannya?

  1. Sang tokoh utama (Syamsul Hadi) lebih membumi dan terasa lebih manusiawi. Bagaimana tidak? Ia bukanlah seorang mahasiswa di Mesir dan juga bukan anak dari keluarga yang menyayangi dan mempercayainya. Syamsul adalah seorang santri biasa yang berasal dari keluarga yang kurang mempedulikannya. Bahkan ia harus dipenjara karena tertangkap basah ketika sedang mencopet.
  2. Ada tokoh antagonis. Di sini hadir tokoh Burhan yang memang Kang Abik ciptakan menjadi tokoh antagonis sejati.
  3. Beberapa adegan emosional dalam film ini cukup mengena bagi penonton.
  4. Jalinan cerita terasa lebih segar dengan bumbu humor yang cukup banyak dihadirkan

Soundtrack Luar Biasa

Satu lagi keistimewaan film ini adalah tata suara yang digarap apik oleh pasangan Titi Sjuman dan Aksan. Alunan lagu dari soundtrack film ini tampil secara pas di tiap adegan. Pilihan jenis musik yang ngepop memudahkan telinga penonton untuk mencernanya.

Lagu-lagu soundtrack di film ini tidak dibuat dengan main-main. Contohnya lagu andalan album bertajuk Kekuatan Cinta ini yang berjudul Dalam Mihrab Cinta diciptakan oleh seorang Beby Romeo yang selalu bertangan dingin dalam menciptakan lagu-lagu sukses di pasaran tanah air. Lagu yang dibawakan oleh Afgan dengan suara emasnya ini bahkan diiringi oleh aransemen musik milik Addie MS bersama Twilight Orchestra miliknya. Luar biasa (applause)

Selain Afgan, tampil pula duet Dude Herlino bersama Asmirandah dan duet Oki Setiana Dewi bersama Andi Arsyil Rahman Putra.

SINEMATOGRAFI

Film ini tampil dengan tampilan gambar yang baik. Namun memang pola dan sudut pengambilan gambar seakan masih terjebak sama seperti film-film sebelumnya. Kang Abik agak kurang berani bermain dengan sudut-sudut pengambilan gambar yang ekstrim dan lebih fresh. Kesan megah dan indah agak kurang didapat dari film ini.

Namun untuk sebuah debut pertama beliau sebagai sutradara ini masih bias dimaklumi. Kita berharap jika Kang Abik akan terus mengeksplorasi kemampuannya sebagai sutradara, beliau akan lebih berani melakukan pengambilan gambar dengan sudut yang lebih berani dan beda. Agar kesan megah dan indah tiap gambar yang ditampilkan dapat lebih memanjakan mata penonton.

Becik Ketitik Olo Ketoro

Buat kita yang tidak mengerti bahasa jawa pasti akan mengernyitkan dahi mendengar kalimat di atas. Kalimat ini ternyata tampil mendominasi dan menjiwai keseluruhan isi film ini. Sebenarnya apakah arti kalimat di atas?

Menurut hasil pencarian di mesin google saya mendapatkan terjemahan secara bebas sebagai berikut “Yang baik akan terlihat baik pada saatnya, dan yang buruk juga akan tersingkap kesejatiannya pada saatnya“.

KESIMPULAN

Overall, film ini begitu banyak memberikan hikmah bagi tiap penontonnya namun demikian ia bukanlah film yang berat untuk dicerna, bahkan sangat ringan dan mudah diikuti tanpa terasa menggurui. Sangat layak untuk dijadikan tontonan keluarga. Yuk nonton DMC (rock)

Foto

http://ayam-berkokok.blogspot.com

http://img2.kapanlagi.com

http://www.facebook.com/pages/Film-Dalam-Mihrab-Cinta

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
  1. Wahhh, aku dulu dah baca novelnya nih om iman… emang novel kang abik ciamik2 dehhh, tapi begitu nonton filmnya pasti terasa ada yang kurang, hehe. Nahh kalau yang ini gak tau dehh, apa terasa ada yang kurang juga?

    1. Andri, seingat ane dulu itu baru berupa cerpen deh (thinking)

      Nah barengan filmnya diputar ternyata Kang Abik juga menerbitkan versi novelnya. Gitu deh kalau nggak salah (goodluck)

        1. Bro, Dalam Mihrab Cinta yang dulu itu adalah kumpulan cerpen. Dan DMC merupakan salah satu cerpen di dalamnya.

          Nah novelnya baru terbit sekarang. Buruan beli di toko buku terdekat hehehe

  2. Nuansa keaktoran Dude Herlino layak diacungi jempol.. Mungkin di bbrp sinetron rcti beliau sering tampil eksklusife, namun di film ini, Saya salut debut akting membumi-nya..

    1. Benar bro, kelihatan sekali Dude mencoba total dalam memerankan tokoh Syamsul ini. Bahkan ia merelakan kepalanya menjadi botak demi tuntutan adegan dalam film ini (rock)

    1. Wah Dian, akhirnya pakar DMC turun juga berkomentar nih hehehe. Muantebb dah. Moga film ini bisa diterima masyarakat ya 😀

  3. Katanya film nya penuh pukul-pukulan, dan perempuannya banyak nangis yah….

    Novel nya Kang Abik yang saya baca cuman Ayat Ayat Cinta hehehe, jadi ga tau yang ini.

    1. Cipu, genre nya Kang Abik memang masih di seputar cinta-cintaan hehehe. Kita tunggu deh novel selanjutnya, siapa tahu tentang sejarah atau teori konspirasi 😀

  4. Katanya film nya penuh pukul-pukulan, dan perempuannya banyak nangis yah….

    Novel nya Kang Abik yang saya baca cuman Ayat Ayat Cinta hehehe, jadi ga tau yang ini.

    saya suka reviewnya mas Iman

  5. boleh ya ngomentarin…dan maaf kalau kurang berbobot komentar saya. 😀

    Saya setuju waktu Mas Iman bilang film ini begitu mudah dicerna, ringan dan sarat hikmah. Tapi yang saya rasakan, alur filmnya hampir datar. Salah satu klimaksnya adalah ketika Syamsul Hadi (Dude Herlino) diarak dan digunduli ramai2. Dan itu terjadi terlalu cepat, selanjutnya datar dan mudah ditebak alurnya (meskipun saya belum baa novelnya) dan masalah percintaannya yang klise. Mmh…bukan klise kali ya, tapi romance ala kang abik. Mulai dari AAC, KCB, sampai DMC… semua romance atau perjalanan cinta si tokoh pasti begitu… 😀 agak membosankan dan terlalu mudah di tebak, kurang dramatis :P.

    gituu…

    tapi overall, bagus. Untuk score (range 1-10) saya bisa kasih nilai 8… hehehe

    Gitu aja kali ya. Maaf kalau kurang berbobot komentarnya, soalnya saya bukan kritikus film.. 😀

    Jazakallah…

    NB: Makasih tiketnya kemarin…:)

    1. Jazakillah atas komentarnya Mba. Omong2 buat review dong Mba tentang film ini di Majalah tarbawi, tentu saja diambil dari sudut pandang dakwah. Pasti menarik deh (goodluck)

      Nah untuk penulis review nya kami dari MataSinema siap membantu setiap saat jika pihak Tarbawi meminta (tongue)

      Ditungu kabar baiknya ya mba (banana_cool)

  6. Adegan cukur botaknya sama berkualitas ngga dengan seperti Monica Belluci di MALENA?

    Kok keingetan itu yach? Itu mantabh tuh.. world class. jadi pengen liat nih yang versi Kang Abik 🙂

    1. Wah saya belum nonton Film Malena bro, jadi nggak bisa membandingkan (goodluck)

      Makanya buruan nonton bro, eh nanti tgl 8 Januari ada nobar bareng pemain dan Kang Abik di blik m square. Ikutan yuk 😀

  7. film nya baguss bgt….aq suka bgt nonton nya,,jd pgn nonton lagiiiii. Dude cocok jd ustad muda..asmirandah sangat cantik dgn mengenakan jilbabnya,,mreka b2 mmng cocok sekali klo mmng sampe berpasangan di dunia nyata sekalipun.

    Film ni jg mmng bnyk sekali terdapat hikmah2 yang bs qt ambil,,,dan jika qt ingin menjadi org baik,,qt hrus mengambil contoh dr hikmah2 dr film DMC ini. 🙂

    1. Wah Mimi seperti birojodoh aja nih menjodohkan Dude dan Andah. Memang merak berdua cocok sih ya #eh *ikutan gossip*

      Film yang sarat akan hikmah dan tuntunan moral 🙂

    1. Wah Anaz… makasih ya udah diingetin. Alhamdulillah sudah menelurkan 2 postingan baru lagi. Ditunggu ya komentar Anaz 🙂

Leave a Reply to Zico Alviandri Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.