Jika Anda ketik keyword “ketika cinta bertasbih (KCB) 2” maka kita akan disuguhkan deretan link yang berkaitan dengan keyword tersebut. Selain tentu saja official sites yang muncul teratas, banyak pula web/blog yang juga membahas keyword ini di bawahnya.
Rasanya miris hati ini ketika melihat beberapa tulisan yang ternyata berisi ulasan negatif mengenai film ini. Bukan kritik membangun yang diberikan, kecuali kalimat-kalimat ejekan yang tanpa memberi solusi apalagi pencerahan. Seperti film ini jelek, ingin mentertawakan filmnya, dan kalimat-kalimat pendek tanpa ulasan kenapa disebut jelek, kenapa ingin tertawa dll.
Memang secara pribadi saya mengakui bahwa film KCB 1 belumlah merupakan film yang sempurna. Bahkan memang mengandung beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Seperti akting pemain yang belum benar-benar pas dengan karakter yang dituntut, alur yang terkesan datar tanpa klimaks, gambar yang terkesan sangat sederhana, terlalu banyak pengambilan gambar-gambar dekat (ciri khas sinetron), dan kesan terlalu biasa bagi sebuah negeri Mesir yang sebenarnya sangat eksotis dan indah itu.
Kekurangan di atas buat saya masih dalam batas toleransi jika kita mampu melihat nilai istimewa dari film ini. KCB sejatinya adalah mimbar dakwah baru bagi seniman-seniman sinema Indonesia yang peduli akan perbaikan nilai moral (baca : nilai Islam) di negeri yang mayoritas berpenduduk muslim ini. Dan ternyata seniman-seniman film yang memiliki misi dakwah ini masih amat sangat langka di perjagadan film tanah air dan cenderung di dominasi oleh kaum tua. jadi ke manakah darah-darah muda seniman film tanah air? Kita tentu mengetahui bahwa aspek bisnis banyak berbicara di sini. Itulah ujung pangkal masalah di mana idealisme menjadi naif untuk diperjuangkan.
Alhamdulillah dua kali menyaksikan film KCB 2 yang merupakan kelanjutan dari KCB 1 akhirnya mampu membangkitkan kembali semangat saya untuk berbangga pada film-film dakwah. KCB 2 jauh lebih menarik dari KCB1. Ada beberapa keunggulan sequel ini dibanding film perdananya. Yuk kita bahas …
ALUR
KCB 2 mengantarkan kita menyaksikan satu adegan ke adegan selanjutnya dengan sangat runut dan rapi. Sehingga cerita terasa mengalir dengan luwes dan terasa natural. Berbeda dengan KCB 1 yang terasa datar, di sini aliran cerita dibarengi oleh naik turunnya emosi kita dalam menyaksikannya. Ada greget, haru, kesal, tak ketinggalan juga adegan-adegan kocak yang menyegarkan suasana. Ada kesan-kesan tersendiri pada tiap adegan. Ini yang kemarin sulit diperoleh dari film KCB 1.
KARAKTER
KCB 1 lebih berkutat pada pengenalan karakter pemain. Tanpa hadirnya konflik terlihat tidak ada karakter yang menonjol. Pemain pun nampak masih belum total memerankan karakter yang mereka perankan. Di sequel ini hampir semua pemain memiliki progress yang sangat baik. Ditunjang dengan jalan cerita yang kian tajam tiap karakter mulai menonjol pada tiap adegan. Selain tentu saja tidak dipungkiri kehadiran Niniek L Kariem (Ibunda Azzam) dan Deddy Mizwar (Kiai Lutfi) benar-benar membuat film ini terasa benar-benar hidup dan natural.
FINALISASI CERITA
KCB 2 mengandung semua jawaban atas jalinan cerita yang dibangun sejak KCB 1. Sudah pasti puncak emosi dan jalan cerita hadir di sini. Alhamdulillah cerita terangkai dengan baik. Semua jawaban hadir pada momen yang pas dan menggembirakan. Rasa penasaran akan sosok yang menjadi jodoh Azzam terjawab dengan sangat manis di sini. Mengingatkan kita akan kemahakuasaan Allah dalam hal jodoh.
BERTABUR HIKMAH
Ada dua pelajaran besar yang bisa kita petik setelah menonton film ini.Pertama, film ini mampu menumbuhkan semangat dan jiwa wira usaha sebagai sebuah solusi ekonomi bagi masyarakat kita. Kedua, bagaimana pun manusia beikhtiar, ternyara jodoh adalah sebuah rahasia besar milik Allah. Keyakinan akan jodoh yang baik ini juga digambarkan dalam proses perjodohan yang islami.
SOUNDTRACK
Musikalisasi film KCB 2 ini digarap dengan sangat halus dan pas di tiap adegan. Lagi-lagi Melly mampu memberikan ruh suasana tertentu dengan soundtracknya yang sangat indah. OST KCB 2 yakni Haramkah tampil dengan sangat elegan pada scene yang terasa pas bergantian dengan OST KCB 1 yang juga kembali ditampilkan di sini.
Kekurangan masih cukup dirasakan dalam hal tampilan gambar yang masih banyak diambil dalam jarak dekat (close up). Namun ada beberapa pengambilan gambar yang mampu menggambarkan keindahan jawa. Sangat menyenangkan untuk dinikmati.
Selain itu masih ada pemain kurang optimal dalam menggali emosi dalam beberapa adegan. Namun ini tidak terlalu mengganggu.
Overall, KCB 2 ini sangat layak tonton. jauh lebih segar dan jauh lebih bisa dinikmati sebagai sebuah tontonan yang menghibur namun juga tetap dapat menjadi tuntunan. Banyak oleh-oleh pesan dakwah yang bisa dibawa pulang tanpa kita harus mengerutkan dahi dalam menerimanya.
waw, kayanya bagus ni om. sayang saya belom sempet nonton yang pertama π
setuju pendapatnya mengenai adanya kesadaran insan perfilman nasional tentang dakwah dan Islam… meskipun ada aspek bisnisnya, tetap saja ini merupakan nafas baru dalam era perfilman nasional yang trennya gak jauh dari klenik dan humor kosong…
spoileeeerrrrr…. =P
*komentar gak mutu*
@Bro Eskop, langsung nonton yang ke-2 juga nggak apa2 kok hehehe *maksa mode ON*
Betul bro, para senior lagi pusing mencari generasi muda profesional di perfilman yang concern terhadap dakwah Islam. Mudah2an ga putus generasi ya, amien.
@Eno, bukan spoiler kok. Coba baca dari awal sampe akhir nggak ada bocoran cerita π
Alasan saia mendukung film-film seperti ini sebagai bentuk apresiasi kepada sineas yang tidak hanya mengejar keuntungan finansial, tetapi juga ada pesan moral yang dibawanya.
Hmm kelemahan utama buat saia (dan yang baca bukunya) tetap sama seperti KCB 1, film ini bener2 plain, datar.. tidak ada kejutan2 yang layaknya ditampilkan ketika sebuah adaptasi film dilakukan dari sebuah novel tenar.
@Dhodie, memang masih belum sempurna, KCB2 masih tetap lebih baik dari yang pertama menurut saya.
Sineas muda yang pro dan menyokong dakwah inilah yang kita bersama doakan agar segera lahir ya, amien π
Assalamu’alaikum
Salam ukhuwah π alhamdulillah walau belum nonton yg seri 1, tp begitu nonton seri 2 rasanya langsung ngerti n bener2 terbawa oleh film itu. Film yg sungguh LUAR BIASA! Btw, sy setuju dengan pernyataan, “jangan mengkritik jika kita tak mampu memberi solusi karena hal itu hanya akan menambah beban orang lain saja” hehe.. ini mah kalimat sy sendiri =P