Sharing

Pilkada DKI 2012 Putaran II : Memilih untuk Tidak Memilih

September 2, 2012
Sumber : golputih.wordpress.com

Memasuki Bulan September tahun ini ada yang istimewa buat warga DKI Jakarta, yakni memilih pemimpin mereka untuk periode 5 tahun mendatang. Pemilukada DKI yang memasuki putaran kedua ini menyisakan 2 kandidat terkuat, yakni Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli dan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama.

Buat saya pemilukada DKI putaran II ini tidak lagi menarik untuk diikuti. Setelah jagoan saya kalah di pemilukada putaran pertama sepertinya tidak ada lagi yang sreg (pas di hati) untuk saya pilih di putaran II nanti.

Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli

Sumber : parahyanganpost.blogspot.com

Cagub yang juga dikenal dengan nama Foke ini adalah incumbent gubernur DKI 5 tahun terakhir. Tidak ada prestasi menonjol yang ditunjukkan “ahlinya” ini selain meneruskan kebijakan gubernur terdahulunya.

Pembangunan mal kian marak. Di seputaran tempat tinggal saya saja setidaknya ada 2 mal baru yang di bangun, yakni Kuningan City dan Kota Kasablanka. Belum lagi Ciputra World yang nampaknya tengah dalam tahap penyelesaian.

Macet kian menjadi. Mudahnya memiliki mobil baru, buruknya pelayanan angkutan umum ditambah dengan tidak bertambahnya ruas jalan di ibukota menjadikan ini sebuah permasalahan yang sangat sempurna.

Belum lagi masalah lainnya. Termutakhir Foke malah ribut sendiri dengan wagubnya, Prijanto. Ini menambah kelam catatan seorang Foke.

Satu yang saya suka dari kepemimpinan Foke yakni adanya Car Free Day, apakah ini sudah ada pada era gubernur sebelumnya? Saya nggak ingat persis. Jika ya ini memang program milik Foke, sepertinya cuma inilah satu-satunya prestasi dari Foke yang saya suka.

Bisa dikatakan Foke telah terbukti gagal menjadikan ibukota ini menjadi lebih baik dalam kurun 5 tahun terakhir.

Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama

Sumber : ahok.org

Segenap prestasi Jokowi (panggilan akrab Joko Widodo) di Kota Solo plus beberapa gebrakannya bersama anak SMK dalam menciptakan mobil menghantarkan sosoknya menjadi dikenal seantero nusantara. Belum lagi Jokowi sempat menjadi salah satu kandidat walikota terbaik di dunia. Ini sebuah torehan prestasi tersendiri.

Simpel, visioner, dan berani menggebrak serta membumi menjadi keunggulan Jokowi.

Namun sayangnya dia didampingi oleh seorang wakil yang “agak kontroversial”. Di balik banyak prestasinya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ini banyak melakukan tindakan kontra produktif. Alih-alih mengangkat pamor pasangan ini malah ternyata akhirnya banyak menjadi bumerang.

Buat saya…

Mencoba untuk memilih diantara keduanya adalah hal yang ternyata tidak bisa saya lakukan. Keduanya jauh dari dari kriteria pemimpin ideal buat saya. Subyektif sekali memang πŸ™‚

Sepertinya kali ini untuk pertama kalinya dalam hidup saya memilih untuk tidak memilih.Golput juga adalah sebuah pilihan bukan?

Pilihlah pemimpin yang shalih

Yang minta dibantu menegakkan kebenaran

Yang minta ditegur jika Ia bersalah

Yang tidak menyebut jasa-jasanya

Yang tidak banyak membuat janji manis

Tips (khusus untuk Golput)

Tetaplah datang ke kotak suara. Pakailah kertas suara hak Anda dengan cara memilih semua calon yang ada. Ini penting sebab kertas suara yang tidak dipakai rawan untuk disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

So, apa pilihan Anda di pilkada DKI putaran II mendatang?

 

 

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
  1. Mantabe mas..:) sekalipun aku bukan lg warga jakarta (krn dulu besar di jakarta tp hijrah ikut suami..:)) tp diriku bs merasakan aura yg kurang di pemilu ini.mgkn msh dibutuhkan banyak kesabaran.seperti kata ust Anis Matta,untuk memenangkan sebuah pertarungan itu dibutuhkan kesabaran..^_^

  2. memilih juga sebuah pilihan.. tapi setuju dengan tips dari mas iman.. tetap datang dan gunakan hak pilih.. daripada membuka kemungkinan untuk disalahgunakan πŸ™‚

  3. setuju. ikut pemilu adalah kewajiban warga negara. jadi meskipun golput, kewajiban ke TPS sebenarnya tetap harus dijalankan. datang, buka surat suara, tandai pilihan di banyak tempat sehingga ‘rusak’, lalu masukkan ke kotak suara.

    meski tidak dihitung, kewajiban kita telah tunai. πŸ™‚

  4. Bagi seorang muslim yang baik dan sadar, yang menjadi pedoman adalah Al Quran dan As Sunnah, bukan yang lainnya. Dalam keduanya, tentang siapa yang harus kita pilih sebagai pemimpin juga sudah jelas, dan kita dilarang memilih:

    1. orang kafir

    2. dan orang-orang yang memberikan loyalitasnya kepada orang kafir.

    Sistem pemilihan di negeri kita membuat antara ketua dan wakil adalah satu paket kepemimpinan yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, yang mana pun yang dicoblos tetap saja keduanya yang naik. Jika ketua wafat, mengundurkan diri, atau kena kasus pidana, maka otomatis yang naik adalah wakilnya, bukan diadakan pemilihan yang baru. Maka, sebaiknya tetap memilih pemimpin dan wakil yang jelas muslimnya, betapa pun kita tidak menyukainya karena kinerjanya.

    Ada pun tentang prestasi kerja, maka kedua calon (foke dan jokowi) bagi saya sama-sama absurd. maksudnya begini, jika dikatakan Foke gagal maka gagal menurut siapa? apa standarnya? Dan siapa yang menilainya? jika yang menyebut adalah lawan politiknya maka wajar dia akan disebut gagal. Alias sisi objektifnya tidak lagi valid.

    Begitu pula jika disebut Jokowi berhasil, apa standarnya, siapa yang menilai, dan seterusnya. Apalagi keberhasilan tersebut tidak dirasakan oleh orang Jakarta tapi di Solo, yang orang Jakarta hanya tahu dari penceritaan dan pemberitaan pihak yang memang mendukung Jokowi. Tentu sudah terganggu indenpedensi beritanya.

    Ketika terjadi bias pada sisi-sisi ini, maka pilihlah pada sisi yang tidak bias, yakni aqidah. Siapakah yang muslim? karena dialah yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala agar kita memilihnya, jangan diombang-ombang survei, komentar pengamat yang membingungkan, apalagi komentator orang-orang awam masalah agama, dan sebagainya. Untuk mengambil sikap, jangan takut kepada cacian manusia, tetapi takutlah kepada murka Allah Ta’ala.

    Cukup Al Quran dan As Sunnah sebagai pedoman kita. Bagi seorang mu’min, saya yakin tidak akan pernah ridha dipimpin oleh orang yang berkata: “saya tidak taat kepada ayat-ayat suci, tapi saya taat kepada ayat-ayat konstitusi”.

    Allahu Akbar! Undang-undang manusia lebih ditaati dibanding undang-undang Allah Ta’ala. Itulah Ahok, orang yang dipilih untuk mendampingi Jokowi, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Al Mar’u ‘alad Diini Khalilih – Agama seseorang tergantung kawan dekatnya.”

    Maka, seorang ustadz, da’i, ulama membimbing umatnya agar memilih pilihan yang memang sesuai aturan agamanya adalah kewajiban, tidak boleh mereka diam, dan jangan takut untuk bicara, jika yang demikian ini disebut SARA, maka mereka yang menyebut ini SARA adalah bodoh. Sebab, kita tidak sedang menyudutkan agama tertentu, atau suku, ras, dan golongan tertentu, kita hanya membimbing umat Islam sendiri agar memilih sesama muslim. Bukan karena Foke, bukan karena Hidayat, bukan karena Jokowi, A dan B …

    Seandainya yang terjadi adalah Jokowi VS Ahok, tentu seorang Muslim akan menggunakan pertimbangan yang sama, mana yang muslim diantara keduanya? Inilah pertimbangan dasar dan utamanya, sebelum pertimbangan lainnya.

    Ada pun jika yang terjadi adalah CALON MUSLIM VS CALON MUSLIM, maka pertimbangannya bukan lagi “Siapa yang muslim?” karena itu sudah selesai. Tetapi pertimbangan tahap selanjutnya, siapa yang kinerjanya lebih baik, siapa yang shalih, siapa yang bersih ? …….

    Kalau Muslim VS Non Muslim, jika ada yg mengatakan “Buat apa milih muslim tapi korupsi, mendingan non muslim tapi tidak korupsi.”

    Maka jawabannya:

    – Ini adalah su’uzh zhan kepada sesama muslim sendiri, dan sudah memvonis pasti bersalah.

    – Apa jaminannya non muslim tidak akan korupsi? dan apa buktinya?

    – Seorang muslim, hendaknya dia berbaik sangka dengan muslim lainnya walau pun dia zalim, sebab keislaman dirinya sbagai modal untuk berbuat baik kepada kita. Seorang muslim hendaknya waspada (bukan curiga) kepada orang kafir, atau orang yang berkawan dekat dengan orang kafir, walau pun dia seorang yg adil, sebab kekafirannya merupakan modal untuk memusuhi dan berbuat jahat kepada kaum muslimin.

    Allahumasyhad!

    Wallahu A’lam
    fn.

    1. Hahaha tim sukses kotak-kotak ya? (lmao)

      Saya sih memang berniat lepas tangan untuk 5 tahun ke depan kok, tenang aja #SiapinPentungan (ninja)

  5. bukannya ada keputusan syuro untuk milih Foke ya?
    Pertimbangannya mungkin bukan untuk milih mana pemimpin yg baik atau tidak, tapi lebih ke upaya untuk taat sm keputusan musyawarah.
    kalo pun misalnya keputusan memilih Foke adalah salah, at least kita dapat pahala 1 karena mengikuti hasil keputusan. Imho hihihi..

    1. Idealnya begitu sih iLLa, tapi untuk kali ini saya benar-benar nggak bisa membohongi hati nurani bahwa saya “sama sekali” tidak respect dengan Foke yang di mata saya sudah gagal total memimpin Jakarta. Pilihan untuk tidak memilih ini adalah yang terbaik buat saya (lonely)

  6. saya juga masih mikir keras… kalau ternyata tar sampai detik akhir masih buntu juga paling akan melakukan hal yang sama.. datang ke TKP dan coblos keempatnya… hahahaha

  7. Saya tetap milih Jokowi, karena yang memimpin itu Jokowi dan Jokowi itu Islam. Keberhasilan di Solo ada standarnya gan, yang menilai bukan lembaga atau pribadi ecek-ecek. Heran, deh, mindset kok terpasung sama hembusan phobia dan primordial. Piiis bro…
    *gw ktp bogor jadi gak bakalan nyoblos di dki, hehe…

    1. Apa sih definisis promordial?

      Jika seseorang meyakini suatu ajaran dan melaksanakannya secara baik tanpa merugikan orang lain apakah termasuk primordial?

      Jika memang demikian artinya maka “ya” saya memang seorang primordial.

      Tolong jangan mudah menuduh dan mengkotak-kotakan orang dengan sekehendak hati bro. Silakan dengan pilihan masing-masing dan hargai juga pilihan orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.