Film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) sudah demikian dinanti pecintanya. Sabar ya, ternyata baru akan tayang di bioskop tanggal 11 Juni. Ini ada cuplikan singkatnya 🙂
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Most Viewed Posts
- Review Novel BUMI CINTA Karya Habiburrahman El Shirazy (10,880)
- Mengapa Hidayat Kalah? (10,724)
- Pernikahan (10,401)
- Bacalah dengan Nama Tuhanmu… (9,607)
- Film Negeri 5 Menara Yang Kurang Gereget (8,935)
- Kejutan Tengah Malam (8,909)
- Mengejar Sekolah Alam Indonesia Cipedak (8,439)
- Akan Jadi Ayah… Yeayyy!!! (6,797)
- Hisense E910 Smartfren Andro, Gebrakan Awal tahun ala Smartfren (6,001)
- Antara Saya dan Angelina Sondakh (5,650)
Recent Posts
Recent Comments
- Perjalanan Hampir 5 Tahun di Sekolah Alam Indonesia Cipedak – ImanSulaiman.com on Mengejar Sekolah Alam Indonesia Cipedak
- Blog Olahraga Indonesia on Review Film Bumi Manusia (2019)
- Iman on Mama Cake, Beratnya Memegang Amanah
- Soraya Shifa Muna on Mama Cake, Beratnya Memegang Amanah
- Iman on Review 3 HP Communicator (E90, Asus M930, LG KT610)
:d suak nonton pilem yak mas?>diriku mlh suka pilem kartun
Ya nih Jeng Bong, saya suka sekali nonton film yang bagus. Tapi sayang jaraaaang banget punya kesempatan untuk nonton.
Saya juga suka film kartun hehehe
Awalnya saya mengira Chaerul Umam adalah director yang memang tepat untuk garap film ini, namun setelah nonton flmnya…..Wah Hanung Bramantyo memang yang masih the best untuk penggarapan film serius seperti ini. Dia sudah teruji menggarap film2x bertema islami seperti AAC, Doa Yg Mengancam, Perempuan Berkalung Sorban. Dari Film KCB ini saya lihat kekurangannya adalah di sisi directing yang ala sinetron. Kalau memang harus sutradara senior kenapa tidak pilih Nasry Cepy saja yang garap Eifel Im’ In Love, Apa Artinya Cinta…Nasry mampu beradaptasi dengan gaya film anak muda zaman sekarang…sementara Chaerul Umam terlihat tak mampu beradaptasi dengan gaya directing masa kini. Saya menduga sebagai sutradara besar, ia memang layak garap novel laris ini ke layar lebar…namun dugaan saya keliru. KCB adalah film BURUK (jika dibandingkan dengan film2x bertema islami lainnya, kalau dibandingkan dengan film2x ga jelas macam horor aneh dan tema esek2x yah KCB masih better lah..)
Saya juga agak terganggu dengan gaya akting Oki Setiana yg memainkan karakter Anna. Ia tak cukup mewakili “Anna” yang nyaris perfect sebagai wanita muslimah…banyak juga akting para pemain lainnya yang terlihat kaku. Memang mereka semua masih pendatang baru. Tapi sesungguhnya akting para pemain debutan ini masih bisa dipoles oleh sutradara yang bertangan dingin.
Belum lagi teknis cromakey yang dipakai saat adegan Azzam berdialog dengan Furqan di pantai sangat buruk, bagai lihat sinetron laga kampungan. Chaerul Umam tak mampu beradaptasi dengan teknis sinematografi masa kini.
Adegan saat Azzam pulang ke Indonesia bersama Eliana, dan mereka diwawancarai wartawan infotainmnet, saya lihat gaya sinetron di situasi ini. Lalu adik Azzam yang dari jauh ingin memanggil Azzam saat di bandara itu wah sinetron juga. Masih ada lagi yang saya lihat film ini bergaya sinetron, yaitu saat adik Azzam berdialog perihal kakanya dengan Anna di rumah Azzam…Adik Azzam itu persis artis sinetron yang berakting dengan sangat “ngekting” tiba-tiba menangis lalu seketika biasa lagi….
Chaerul Umam tak mampu menutupi semua kekurangan ini. SINEMART KELIRU PILIH EKSEKUTOR!!
KCB tuh sebenarnya film or sinetron seh????ko bersambung ya????
mana pemeran Anna-nya mengecewakan lagi….
pokoknya aku nyesel dah nonton film ini….
@ Aris,
Film yang berasal dari novel umumnya “berbeda” dengan novelnya. Seperti halnya AAC. Secara film AAC memiliki daya pikat tersendiri walaupun banyak perbedaan dengan novelnya.
Nah, nampaknya KCB mengambil pelajaran dari itu dan mencoba benar2 memvisualisasikan novelnya ke dalam sebuah film. dan harus diakui hasilnya isi novel memang benar2 masuk ke dalam film walaupun tidak 100%.
Mengenai gaya Pak Chaerul Umam yang terkesan jadul dalam mendirect KCB ini memang ada benarnya, karena misalnya bisa dilihat dari sudut pengambilan gambar yang kurang progresif dan plot alur terkesan sangat tempo doeloe.
Efek bluescreen ketika scene Furqon dan Azzam bertemu memang ini sangat mengganggu.
pemilihan pemain fresh memang beresiko pada kurang maksimalnya penggalian karakter oleh si pemain. Namun menurut saya seorang penonton yang awam, hanya pemeran Furqon yang belum benar2 menguasai karakternya dengan baik.
Khusus mengenai sosok Oki sebagai Anna, mungkin karena film adalah media visual, maka kecantikan fisik adalah yang utama (sebagaimana Aisha yang diperankan Rianti) dan ini sangat bersifat relatif bagia tiap orang. Memang Oki tidaklah cantik jelita dengan postur tinggi-langsing, namun sosok Oki sebagai Anna tidaklah mengecewakan untuk saya pribadi. Secara ideal Oki memang seperti tu juga dalam keseharian.
Ada beberapa adegan yang feel nya nggak sampai ke penonton memang ada, seperti ketika Husna yang tiba2 menangis ketika bercerita ttg abangnya dan juga ketika Eliana yang juga tiba2 menangis setelah mendengar penjelasan Azzam. Mungkin karena kurang diexplor aja.
Pertemuan Husna dan abangnya di bandara seharusnya mereka berpelukan, karena alasan syar’i adegan memang diganti menjadi seperti di film. Mungkin kurang pas aja ya.
namun saya sangat tidak setuju bila KCB disebut sebagai film yang buruk. Sebagai sebuah film dengan muatan dakwah dia berhasil menyampaikan dakwah tanpa menggurui. Penonton pun pulang dengan membawa hikmah dan pelajaran. itu kan esensi dari dakwah???
Dibalik semua kekurangannya, KCB menurut saya telah mencoba memadukan idealita dakwah dan tuntutan komersialisasi.
Film ini juga cukup segar dengan beberapa bumbu humor yang pas dan tidak berlebihan.
satu lagi, Mesir cukup indah digambarkan dalam KCB ini. negeri para penuntut ilmum negeri para penghapal Quran, dan negeri para nabi.
Wallahu’alam bish shawab