Membaca, siapa yang akan menyangkal segudang manfaatnya bagi kita yang melakukannya. Apalagi buat yang suka menulis, aktifitas membaca selayaknya mengisi bensin sebagai sumber bahan bakar tulisan-tulisan yang akan dibuat (scenic) .
Buat seorang yang statusnya masih kuli (orang suruhan) seperti saya ini, biasanya waktu banyak terbuang selama di perjalanan, apalagi Jakarta yang menjadikan macet sebagai trademarknya. Untungnya jarak dari kantor ke rumah saya relatif dekat, jadi saya nggak terlalu banyak buang waktu di perjalanan yang biasa saya tempuh dengan bersepeda ini.
Lantas apa hubungannya antara membaca dan membuang waktu di perjalanan? (thinking)
Pasti teman-teman sudah dapat menduga kan? Pasti saya akan menulis dan mengupas betapa berharganya waktu selama dalam perjalanan. Dan alangkah baiknya jika waktu dalam perjalanan tersebut dimanfaatkan dengan aktifitas membaca, ya kan? Hmmm sebenarnya sih iya… tapi sayangnya bukan itu… (lonely)
Di sini justru saya mau curhat, bahwa betapa saya sangat iri kepada orang-orang yang dapat membaca selama dalam perjalanan mereka. Inilah yang sudah berulang kali saya coba namun sayangnya selalu gagal.