Sharing

Perjalanan Hampir 5 Tahun di Sekolah Alam Indonesia Cipedak

By on March 12, 2024

Wuiiih, ternyata sudah hampir lima tahun saya dan istri telah menyekolahkan anak pertama kami, Syifana, di Sekolah Alam Indonesia (SAI) Cipedak. Masih terbayang bagaimana excited nya saya dan istri ketika masa-masa pendaftaran dahulu.

Harapan dan idealisme saat itu benar-benar sangat membuncah. Maklum, kan baru menyekolahkan anak pertama. Saat itu SAI Cipedaklah yang menjadi tempat yang paling mendekati harapan dan idealisme kami.

Setelah lebih dari empat setengah tahun menyekolahkan si kakak (panggilan untuk Syifana) di sana, bagaimana sebenarnya kenyataannya?

Si kakak

Yuk mampir untuk melihat betapa serunya saya dan istri akhirnya mendaftarkan si kakak sekolah di SAI Cipedak.

FASIL YANG “ACT AS PARENTS”

Ini menurut saya berhasil memenuhi ekspektasi saya dan istri. Fasil (kependekan dari fasilitator), yang merupakan sebutan untuk guru di SAI Cipedak, memang diposisikan benar-benar menyerupai orang tua di kelas. Karenanya tiap kelas pasti ditempatkan dua orang guru, yakni seorang guru laki-laki dan seorang guru perempuan. Mereka benar-benar menjadi orang tua bagi semua anak-anak di kelas. Anak mendapatkan sosok ayah dan juga sosok ibu secara seimbang.

Bagaimana saya kok bisa menyimpulkan demikian?

Continue Reading

Sharing

Mengejar Sekolah Alam Indonesia Cipedak

By on April 2, 2019

Bermula pada Februari 2017 lalu, ketika Sekolah Alam Indonesia (SAI) Cipedak menggelar acara open house. Saat itu kami, saya dan istri, sedang galau-galaunya mencari sekolah untuk anak kami yang pertama, Syifana, yang telah menginjak usia 4 tahun. SAI Cipedak ini menjadi salah satu sekolah yang kami lirik. Kebetulan acara ini digelar weekend, saya pun berencana untuk datang ke sana.

Di Hari-H kami pun langsung menuju ke TKP.

Kami yang bertempat tinggal di Kalibata berjarak sekitar 13-15 km ke SAI membutuhkan waktu hampir 1 jam untuk menuju ke SAI Cipedak. Dengan bantuan Google Maps alhamdulillah kami dengan mudah menemukan lokasinya.

Dari jalan utama, Jalan Kahfi 1, ternyata kami harus masuk ke jalan yang lebih kecil, yakni Jalan Pembangunan. Sudah banyak mobil terparkir di sisi-sisi jalan ini. Petugas parkir tampak sibuk mengatur mobil yang satu-persatu terus berdatangan untuk mendapatkan area parkir masing-masing. Akhirnya kami pun berhasil mendapat tempat parkir kendati di luar lokasi sekolah. Kami masih harus berjalan kaki sekitar 200 meter untuk masuk ke area sekolah.

Cuaca pagi itu cerah. Berjalan kaki ke area sekolah cukup kami nikmati. Kami sempat melewati pintu gerbang hutan kota, hutan yang dilindungi milik Pemprov DKI. Wow ternyata SAI Cipedak ini bertetangga dengan hutan kota. Jaminan bagi penghuni sekolah untuk dapat menghirup udara yang bersih dan segar.

Kakak Syifana dan dedek Falisha nampak sangat menikmati acara jalan kaki bersama ini, demikian juga dengan bundanya. Semakin dekat dengan gerbang sekolah, namun masih belum nampak gedung sekolah yang berdiri megah. Seperti apakah sekolah alam itu? Rasa penasaran pun makin menjadi.

Continue Reading