Hikmah

Memberi Hutang atau Sedekah?

By on July 29, 2012
Sumber : gatotaribowo.blogspot.com

Di suatu kesempatan ketika saya kebetulan sedang bekerja di luar kantor, siang itu saya menyempatkan diri untuk Shalat Dzuhur berjamaah di masjid kompleks perkantoran di kawasan Thamrin. Alhamdulillah secara tidak sengaja siang itu ada kajian rutin tentang fiqih. Nampaknya pengurus masjid ini memang secara rutin menyelenggarakan kajian di jam istirahat kantor seperti ini.

Saya yang memang kebetulan sedang santai dan tidak diburu waktu memutuskan untuk mengikuti kajian tersebut yang memang dibuka untuk umum.

Suasana masjid yang nyaman dengan penyejuk udara yang memadai menjadikan kajian hari itu bisa saya nikmati dengan baik. Tema yang diambil hari itu adalah tentang “Fiqh Hutang Piutang”. Hmm cukup menarik nih, mengingat hutang (baca : kredit) kini telah menjadi tren dan gaya berbelanja masyarakat saat ini.

Sang ustadz, yang saya lupa namanya, berasal dari IKADI (Ikatan Dakwah Indonesia). Ustadz yang berpenampilan simpatik ini memaparkan dengan jernih setiap halaman slide yang tertampil di layar. Jamaah masjid tampak antusias mendengarkan paparan ustadz ini, termasuk saya.

Continue Reading

Hikmah

Berat mengeluarkan sedekah? Itu Bagus!

By on November 18, 2009

Eh … jangan sewot dulu saudara-saudaraku. Judul ini memang sengaja untuk menarik perhatian aja hehehe. tapi Insya Allah maksudnya nggak begitu 🙂

Pernahkah kita alami saat di mana ketika uang di kantong kita tinggal beberapa ribu rupiah dan saat itu kita benar-benar haus. Uang tersebut hanya cukup untuk ongkos pulang dan membeli segelas minuman.

Pernahkah juga kita memiliki uang cash yang berlimpah di dompet kita, misalnya ketika baru keluar ATM di tanggal-tanggal gajian?

Kedua situasi tersebut saya meyakini pernah dialami oleh sebagian besar dari kita. Sebut saja uang yang ada di situasi pertama adalah Rp 5000. Lantas apa yang akan kita lakukan jika kita bertemu dengan seorang pengemis misalnya? Apakah rela kita menyisihkan uang untuk membeli minuman ketika kita haus itu kepada si pengemis?

Dapat dipastikan situasi pertama kita pasti ‘teramat sangat’ berat untuk mengeluarkan uang sekalipun hanya Rp 2000 kepada si pengemis. Sebagian besar kita pasti memilih untuk menghilangkan dahaga ketimbang bersedekah. Wajar kok 🙂

Pada situasi kedua, jangankan uang Rp 2000, bahkan nominal jauh lebih besar pun dengan ringan akan kita keluarkan jika ada yang membutuhkan semisal pengemis tadi.

Sebenarnya saya hanya ingin berbagi hikmah yang saya dapat dari seorang teman. Bahwa nilai kita dalam beramal tidak bisa dilihat dari besarnya nominal yang dikeluarkan, tapi berbanding lurus dengan seberapa berat kita mengeluarkannya. Semakin berat kita memberikan sesuatu (baca: bersedekah) maka semakin tinggi pula nilainya di sisi Tuhan.

Bisa jadi Rp 2000 yang kita keluarkan untuk pengemis tadi nilai timbangannya jauh lebih berat dari Rp 200.000 yang kita sumbangkan ke stasiun televisi untuk bencana alam.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata:
Seseorang datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, sedekah manakah yang lebih besar pahalanya? Rasulullah SAW menjawab, “Bersedekah dalam keadaan sehat sedang engkau amat sayang kepada harta tersebut, takut miskin dan mengharapkan kekayaan. Oleh sebab itu jangan menunda-nunda sehingga apabila ruh (nyawa) sudah sampai di tenggorokan lalu engkau berwasiat untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian.” (dishahihkan Bukhari – Muslim)

Wallahu’alam bish shawab.

Semoga bermanfaat, terutama buat saya pribadi. Happy Idul Adha 🙂

Beberapa sumber :
Blog hadits Shahih Bukhari
Beda antara Infaq, Shadaqah, dan Zakat
Hadits tentang Shadaqah

Continue Reading