Sharing

Tepukan Misterius

June 12, 2012
Sumber : tsetsensod.blog.banjig.net

Suasana menjelang maghrib di Kota Surakarta kala itu memang agak lembab. Keletihan selama 12 jam perjalanan dari Jakarta membuat sore itu saya tak kuasa menahan kantuk. Alhamdulillah bisa terjaga beberapa saat sebelum maghrib.

Kamar hotel yang tidak begitu luas menjadikannya kurang nyaman untuk melakukan shalat di sana, apalagi kami bertiga. Kebetulan kalau tidak salah menurut petugas hotel di lantai bawah ada mushalla. Pasti lebih nyaman untuk shalat berjamaah di sana.

Saya satu kamar dengan adik saya dan paman. Adik saya beberapa hari lagi akan menggenapi Dhiennya (menikah) dengan seorang gadis Solo. Ibu, kakak, dan beberapa kerabat pun turut dalam rombongan ini. Dan kami sekeluarga besar akhirnya hadir di kota batik ini pagi tadi dengan mencharter sebuah bus.

Adik saya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sedangkan paman saya asyik masyuk mengobrol via telepon dengan seseorang. Setelah pamit pada keduanya, saya pun segera pergi ke mushalla lebih dahulu, toh pasti mereka akan menyusul.

Sumber : fantastic-iyo.blogspot.com

Melewati taman hotel yang demikian asri, pepohonan terlihat tambah segar karena basah. Rupanya tidur saya benar-benar pulasย  sehingga tidak menyadari hujan yang turun lumayan deras tadi.

Saya pun tiba di lantai bawah. Terlihat mushalla di sebelah kiri lift. Mushalla lantai bawah hotel ini lumayan asri walaupun kecil. Bersih, namun agak lembab, mungkin jarang terkena sinar matahari.

Sayup-sayup terdengar suara adzan maghrib di kejauhan. Wah ternyata waktu shalat di Kota Solo ini lebih awal ketimbang di Jakarta.

Menunggu adzan usai saya pun memperhatikan sekeliling. Kok nggak ada yang turun ke sini ya? Ah mungkin para karyawan yang biasa shalat di sini masih sibuk dan akan segera turun.

Malas menunggu, selepas adzan akhirnya saya langsung menunaikan shalat maghrib. Tidak lama setelah bertakbir memulai shalatย  ada tepukan halus di pundak kanan saya. Tepukan itu terasa dingin. Ah pasti karena tangannya basah air wudhu pikir saya.

Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga shalat berjamaah. Tepukan di pundak ini artinya ada orang lain yang ingin menjadi makmum kita. Otomatis posisi saya sekarang menjadi imam. Karenanya saya langsung mengeraskan bacaan shalat saya.

Selesai rakaat ketiga saya pun mengakhiri shalat dengan salam.

Kaget serasa disambar petir, ketika menengok ke kanan dan kiri untuk mengucapkan salam saya tidak melihat ada seorang pun yang menjadi makmum saya. Ternyata saya shalat masih seorang diri.

Lantas siapa yang tadi menepuk bahu saya?

Bulu saya mulai meremang. Saya pun langsung beristighfar berulang kali sambil bergegas meninggalkan mushalla mungil tersebut.

Saya ingat-ingat, memang tiap kali selesai membaca alfatihah tidak terdengar suara makmum yang mengamini, karena saya sendiri pun turut mengucapkan “amien”. Tapi ah sudahlah saya tidak terlalu memikirkannya saat itu. Ternyata memang tidak ada makmum ya…

Tiba di kamar saya masih agak shock. Malam itu sulit sekali saya untuk bisa tertidur. Ini saya tidak ceritakan ke adik dan paman saya. Biarlah ini menjadi cerita yang akan saya simpan sendiri.

Dan hingga kini saya belum mengetahui siapa/apa yang menepuk pundak saya ketika shalat tadi…

Wallahu’alam bish shawab.

Kisah fiksi ini terisnpirasi oleh keberadaan mushalla kecil di Hotel Ibis Surakarta

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
  1. Mungkin makhluk gaib ada yang pengen ikut sholat berjamaah, tenang aja mas. Sesama makhluk kan dilarang saling menakuti, hehehe…

    1. Hehehe… apa pun itu pasti mahluk yang ikutan shalat berjamaah adalah mahluk yang baik pastinya (goodluck)

  2. Hehe, yang ngasih komentar di atas lupa membaca kalimat terakhir kali ya..

    Aku udah merinding aja, kirain beneran, ga taunya fiksi… ๐Ÿ™‚

    1. Akhirnya ada yang jeli juga membaca bahwa ini fiksi hehehe. Iya nih lagi belajar menulis cerita ๐Ÿ˜€

    1. Hahaha… ketahuan nih Ecky teiti kalau baca. Pasti terlatih lihat iklan yang “syarat dan ketentuan tertentu” (haha)

    1. Hihihi… iya Mim lagi belajar menulis fiksi (tongue) Etapi background dan tokoh nya real lho (goodluck)

  3. SIAL. TERNYATA FIKSI. MAS IMAN TAU, DI KANTOR SAYA HABIS GEGER “PENUNGGU”, TIBA-TIBA BACA BEGINI YANG MEMBUAT AKU MERINDING. PAS BACA AKHIRNYA, INGIN NYEBURIN KAK IMAN KE KALI CILIWUNG!

    1. Mushalla nya nggak serem kok bro, cuma karena letaknya di lower ground tiba-tiba aja saya kepikiran untuk nulis ini hehehe (tongue)

    1. Fiksi kok mba hehehe, kan ada keterangannya di kalimat terakhir ๐Ÿ˜€

      Blog juaan tiketnya udah nggak jalan mbak, nggak sempat terpegang sih #ahlesyan (tongue)

Leave a Reply to Iman Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.