Saya membuat tulisan ini bukan karena novel yang berjudul Cinta Suci Zahrana ini akan segera tayang filmnya pada 15 Agustus mendatang, melainkan karena bagi saya tema yang diangkat memang sangat-sangat unik dan menarik. Tema ini jarang diangkat oleh penulis-penulis novel islami pada umumnya, yaitu kesetaraan gender. Disamping itu tentu saja sang penulis novel ini yaitu Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) adalah juga merupakan salah satu penulis yang karya-karyanya selalu saya ikuti.
CERITA
Dewi Zahrana, seorang wanita yang telah berusia 34 tahun. Sosok jenius dan pecinta ilmu. Ia banyak menyabet penghargaan baik dalam negeri maupun luar negeri atas segudang prestasinya di bidang arsitektur. Kecerdasan, hati yang lurus, dan sifatnya yang pantang menyerah menghantarkan Zahrana ke puncak kesuksesan sebagai seorang akademisi.
Zahrana telah membuktikan bahwa seorang wanita pun mampu menapaki jenjang yang tinggi dalam karier dan prestasi akademis. Kendati demikian ia tetaplah sosok yang rendah hati dan selalu mencoba menebar kebaikan ke setiap orang di sekitarnya.
Kang Abik mencoba mempertarungkan segenap kesuksesan Zahrana tersebut terhadap posisi Zahrana sebagai seorang wanita yang hidup di tengah kultur timur. Seorang wanita berusia 34 tahun yang masih melajang tetaplah dianggap sebagai sebuah “kesalahan” sekalipun ia memiliki segunung prestasi dan kemampuan.
Kontradiksi ini diolah dan disajikan Kang Abik dengan begitu indahnya, begitu dahsyat namun tidak melabrak pun tidak meledak-ledak. Ia tersaji indah sebagai pergulatan perasaan dan nalar dari seorang wanita yang bernama Zahrana.
Alur cerita cukup menarik dan asyik untuk diikuti. Gaya khas Kang Abik dengan deskripsi visual dan perasaan sang karakter yang begitu kuat membuat pembaca sulit untuk menghentikan diri untuk terus menikmati tulisannya.
Akhir cerita yang bahagia hampir pasti sangat disukai oleh sebagian besar pembaca, demikian juga dengan novel ini. Kang Abik berhasil menghadirkan penyelesaian yang mendamaikan. Namun lika-liku perjuangan dan penderitaan sang tokoh dalam cerita cukup mengaduk-aduk emosi pembaca. Beberapa bagian bahkan cukup sukses menghadirkan rasa haru biru.
Ending manis ini mampu memenangkan perempuan untuk dapat terus melaju dengan prestasi dan gapaian kesuksesannya. Namun demikian tetap budaya luhur di masyarakat kita tidak dilabrak dan dikesampingkan.
KARAKTER
Dewi Zahrana digambarkan sebagai sosok ambisius dan pekerja keras. Ia fokus pada apa yang telah ia targetkan. Digambarkan dalam novel ini bagaimana kecewanya ia ketika harus menerima kenyataan bahwa obsesinya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri kandas demi menuruti keinginan orang tuanya. Namun karena memang kekuatan citanya jauh melampaui batas geografis, ini tak menghalanginya menjadi seseorang ahli di bidang arsitektur berstandar internasional. Kemampuan bahasa asingnya serta deretan penghargaan internasional yang diterimanya membuktikan itu semua. Mengesampingkan masalah jodoh hingga lupa akan usia adalah satu-satunya kelemahan tokoh kita ini.
Karakter lain yang begitu berpengaruh terhadap jalannya cerita adalah kedua orang tua Zahrana, Pak Munajat dan Bu Nuriyah. Orang tua Zahrana ditampilkan sebagai sosok yang menekan Zahrana pada posisi yang sedemikian tersudut. Namun mereka bukanlah juga orang tua yang diktator, justru karena kesabaran dan kasih sayang mereka yang luar biasa yang kian membuat tekanan ini menjadi begitu hebat bagi Zahrana.
Sukarman, sosok antagonis yang merupakan atasan Zahrana di tempat kerja, ia adalah juga tokoh kunci dalam novel ini. Obsesinya yang gagal terhadap Zahrana menjadikannya menghalalkan segala cara untuk terus mengganggu hidup Zahrana..Walau akhirnya malah timbul kesan agak berlebihan atas penggambaran kejahatan yang dilakukan oleh Sukarman.
Lina sebagai sahabat terdekat Zahrana hadir bak malaikat yang selalu hadir mendampingi Zahrana dalam setiap kondisi sulit. Sosoknya sedemikian sempurna sebagai sahabat. Seorang muslimah salihah, cerdas, dan hidup bahagia dengan suami dan 3 orang anaknya, sangat khas Kang Abik.
NOVEL DAKWAH
Bukan Kang Abik jika tidak menyelipkan muatan dakwah dalam setiap cerita yang ia sajikan. Karena ia disisipkan begitu halus maka biasanya pembaca tidak akan merasa digurui oleh dakwah yang ia sajikan. Untuk novel ini menurut saya masih ada beberapa bagian yang Kang Abik agak lepas kontrol dalam menyelipkan pesan dakwah, semisal pada saat Zahrana dan Lina sahabatnya menemui Kiai sepuh pemilik pesantren. Dialog yang terjadi sangat kental nuansa menggurui. Buat pembaca mungkin ini agak sedikit mengurangi kenyamanan dalam membaca.
KEJUTAN MANIS
Kisah romantis ini diakhiri dengan kejutan tentang sosok lelaki yang akhirnya menjadi suami Zahrana. Sungguh tidak diduga sebelumnya. Kesabaran Zahrana berbuah teramat manis di sini.
ROMANTISME
Masih seperti novel-novel sebelumnya, seperti Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta dan Bumi Cinta, kali ini Cinta Suci Zahrana juga masih menceritakan tentang cinta dan romantisme dalam bingkai Islami.
Sepertinya memang sedemikian keras usaha Kang Abik untuk memperkenalkan cara bercinta dalam sudut pandang Islami, tetap indah namun juga tetap memenuhi nilai-nilai syariah.
Cobalah perhatikan kutipan ini:
Zahrana mendekat ke arah suaminya.
“Bolehkan aku menciummu?”
Hasan kaget, lalu tersenyum.
“Tidak boleh.”
“Kenapa? Kita halal berciuman, kita suami istri. Kalau kita pacaran dan kita bukan suami istri itu haram.”
“Ya, kita halal berciuman, tetapi tidak boleh di sini. Ada yang melihat nanti.”
“Tidak ada orang. Sepi. Tidak ada yang melihat.”
Hasan lalu tersenyum.
“Langit, matahari melihat kita. Aku malu. Kita perlu menjaga adab dan tatakrama. Itulah cinta yang suci.”
——————–
Novel yang tidak terlalu tebal ini (284 halaman) sangat layak untuk dimiliki. Sudut pandang seorang wanita di tengah gempuran stigma “perawan tua”, sesukses apa pun dia, setinggi apa pun pencapaian prestasinya, kerap kali tetap dipandang negatif oleh budaya kita. Fakta yang kian mudah kita jumpai pada keseharian ini coba diramu Kang Abik dalam sebuah novel yang cukup berbumbu, tidak terlalu pedas dan manisnya pun pas. Sangat layak untuk kita nikmati sebagai salah satu bacaan yang berisi.
Judul Novel : Cinta Suci Zahrana
Penerbit : Ihwah Publishing House
Tebal : 284 halaman
Harga : Kisaran Rp 50 ribu
hehe, kalau novelnya tidak terlalu tebal, saya mau membaca.
ayo siapa yang mau membelikan novel ini untuk saya 🙂
Hahaha nggak modal nih, maunya pinjam aja. Murah jhe masbro (tongue)
Kalau sempat ke Gramed ntar beli. Ulasannya menarik, jadi pengen memiliki.
Beli, beli… (dance)
Beli… beli masbro. Nanti jangan lupa bikin review juga ya hehehe
mas iman ikut casting film ini ya? hehe…ditunggu filmnya deh..biar bisa nobar bareng.. 🙂
Nggak lah Isti, saya malah nolak ditawari main pelem ini hahaha #dikeplakrame2
Boleh, nobarnya pas premier aja tanggal 15 agustus (goodluck)
salah satu keinginan ku sampai detik ini yang belum terwujud adalah membaca karya-karyanya Habiburrahman El Shirazy. Sebenarnya cukup penasaran sama buku ini. Tapiii, ya itu tadi. Takutnya “kaget” karena sebelumnya belum pernah membaca karyanya 🙁
Kok kaget? Suka nggak dengan genre romantis relijius? Kalau suka pasti cocok deh dengan karya-karya Kang Abik (goodluck)
kayaknya pas nih untuk mahasiswi yg akan memulai kehidupan pasca kampus 😀
Hahaha bisa aja ente Ki, beliin dong untuk mereka #eh (ninja)
Wow! ide ceritanya menarik, dimana Lelaki Biasa Menjinakan Wanita yang lebih dominan ? betul ?
Berkat keshalihan sang lelaki nampaknya bro, makany yuk jadi orang shalih hehehe (goodluck)
Terakhir beli novel kang Abik Itu Bumi Cinta, smpe skrg msh penasaran gmn kelanjutan Ayyas & Linor… 😀
Sepertinya hrus pny Novel Cinta Suci Zahrana nih..cz sbntr lg mau ad filmnya..jd msti baca dl Novelnya… ^_^
Insya Allah kabarnya Kang Abik akan membuat kelanjutan Novel Bumi Cinta, kita tunggu saja ya. Iya Lyla, baca dulu novel Cinta Suci Zahrana, baru tonton filmnya (goodluck)
ulasan y sgt menarik,,, nonton film & miliki novelx itu wajib.. biar tetap semangat ngajar klpun keluarga, tmn, t’msk mhsw sering pertanyakn status… 🙂
Tetap semangat ya Mbak An 😀