Review

INCEPTION : Petualangan Di Lapisan-Lapisan Mimpi

July 18, 2010

Sabtu kemarin sepertinya adalah hari yang padat buat saya. Setelah seharian mengikuti seminar tentang bisnis online yang deselenggarakan oleh TDA Depok, saya bersama teman-teman deBlogger akhirnya memutuskan untuk nobar film INCEPTION sebagai refreshing.

Sekitar pukul 15.00 kami berempat (saya, Om Dodi Mulyana, Madam Luvie Melati, dan Opa Bradley Marlissa) segera meluncur ke Margo Platinum XXI. Di sana telah menanti Aksa Malik Syadri untuk ikutan meramaikan pasukan nobar deBlogger kali ini. Selesai Shalat Ashar kami berlima pun memasuki bioskop melalui pintu 3 dengan perasaan berbunga-bunga.


Film ini pada awalnya sempat membuat bingung saya, Eini film apaan sih, kok rumit banget? Banyak istilah-istilah yang terasa asing dalam bahasa sehari-hari, misalnya ekstraksi, totem, inception, labirin… Oalah *tepok jidat*


Dari bocoran yang saya terima dari seseorang yang tidak bertanggung jawab *melirik Dhodie*, film ini merupakan science fiction yang agak membuat jidat berkerut ketika kita menontonnya. Karenanya saya sudah menyiapkan diri dan mental untuk konsentrasi penuh ketika menontonnya. Setidaknya tidak ada waktu untuk ngobrol, sms-an, isengin bangku sebelah, mampir ke toilet, apalagi untuk tidur hehehe.

Benar, film ini mengalir dengan cepat. Perpindahan dari adegan ke adegan lain dengan situasi yang berbeda-beda sempat membuat bingung dan kehilangan jati diri runutan jalan cerita. Apalagi saya yang memang belum membaca sinopsis ceritanya sama sekali.

Kita dihadapkan pada sesosok bernama Dom Cobb (Leonardo DiCaprio) yang ternyata adalah seorang ekstraktor. Ekstraktor merupakan sebutan untuk seorang yang berprofesi sebagai “pencuri ide” dari pikiran orang lain. Uniknya proses pencurian ini bukan dilakukan dengan cara mengambilnya dari brankas atau lemari rahasia, bukan juga sebuah data komputer yang diproteksi oleh sandi yang super rumit dan lainnya, inilah uniknya, pencurian ide ini ternyata dilakukan melalui “alam mimpi”.

Dengan teknologi yang “terlihat” sederhana, karena hanya berupa koper dengan tombol dan kabel-kabel, kita dapat memasuki alam mimpi orang lain dengan begitu mudahnya. Tak hanya sekedar menjadi bayangan yang tidak terlihat, di alam mimpi ini kita adalah juga sosok nyata yang dapat berbuat sesuatu di sana. Jadi kita bisa mengacak-acak alam mimpi si empunya. Nah karenanya proses pencurian ide ini pun bisa dilakukan.


Visualisasi ide itu sendiri bisa bermacam-macam, seperti contohnya dalam adegan pencurian ide oleh Cobb terhadap seorang pengusaha Jepang bernama Saito (Ken Watanabe), digambarkan di sana bahwa ide yang hendak dicuri berupa secarik kertas dalam amplop yang disimpan dalam sebuah lemari brankas bersandi.

Misi pencurian ide tadi ternyata gagal dieksekusi oleh Cobb dan timnya, alih-alih mencuri ide dari Saito, Cobb dan tim malah akhirnya berbalik disewa oleh Saito untuk suatu tugas yang agak bertentangan dengan yang selama ini dia dan timnya lakukan, bukan mencuri ide melainkan “menanamkan ide” (inception). Saito menginginkan Cobb dan timnya menanamkan ide kepada pewaris pesaing bisnisnya bahwa ia harus menghancurkan sendiri warisan kerajaan bisnis dari sang ayah.

Teman-teman Cobb menganggap hal ini mustahil dan sulit dilakukan, semula mereka menolak tugas ini, namun Cobb bersikeras menyanggupi proyek Saito ini, Cobb menjamin bahwa proyek ini akan sanggup mereka lakukan. Cobb sangat meyakini hal ini, keyakinan itu begitu kuat. Ada sesuatu yang tertutup rapat di benak Cobb dan teman-teman di timnya tidak mengetahui hal tersebut.

Rahasia Cobb inilah yang mengakibatkan ia selalu dihantui oleh bayangan istrinya yang telah meninggal dalam setiap mimpi-mimpinya. Tiada yang tahu bahwa ide “menanamkan pikiran” (inception) ini telah ia lakukan kepada istrinya sendiri yang akhirnya menjadi korban. Kegilaan Cobb ini bahkan menjadikan ia sebagai tertuduh atas kematian istrinya sendiri. Perasaan penyesalan inilah yang tak pernah lepas menggayuti pikiran Cobb.

Project Saito ini membutuhkan tim yang spesial. Proses perekrutan pun dilakukan Cobb untuk mencari tim yang terbaik. Terpilih seorang arsitek muda nan cantik dan cerdas Ariadne (Ellen Page), seorang ahli penyamar Eames (Tom Hardy), dan ahli kimia Yusuf (Dileep Rao). Tim ini masih bersama dengan Arthur (Joseph Gordon Levitt) yang selama ini setia menemani Cobb dengan project-project pencurian ide.

Sang pewaris, Robert Fischer, Jr (Cillian Murphy) tak disangka memiliki pertahanan alam bawah sadar yang luar biasa tangguh. Cobb dan tim bersama Saito langsung dibombardir pasukan keamanan alam bawah sadar Robert. Peristiwa ini bahkan membuat Saito tertembak. Kenyataannya kini mereka terperangkap dalam bagian pembuangan di alam mimpi Robert.

Awal yang kurang baik ini sempat membuat semangat seluruh tim langsung drop. Ariadne selalu tampil di saat yang genting dengan ide-ide cerdasnya, setidaknya mampu mengembalikan semangat dan harapan seluruh tim. Robert kemudian diyakinkan bahwa ia tengah diculik bersama dengan pamannya. Skenario diatur seolah sang penculik menginginkan nomor pin untuk kotak besi yang berisi warisan bagi Robert.

Sosok Ariadne begitu istimewa dalam film ini. Ide-idenya yang cerdas serta rasa ingin tahunya yang begitu tinggi bahkan berhasil membongkar rahasia terkelam Cobb. Dia banyak memberikan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi tim. Bahkan masalah Cobb dengan bayangan istrinya yang selalu menghantui setiap gerak langkah Cobb.

Ok, kembali ke project. Tim pun mulai bergerak membuat lapisan kedua dari mimpi Robert. Lapisan kedua ini memiliki misi memperkenalkan Cobb sebagai tentara alam bawah sadar milik Robert. Cobb ingin mengalihkan kepercayaan Robert kepada dirinya atas kehadiran tentara sebenarnya milik Robert yang selalu muncul memborbardir mereka.

Untuk misi selanjutnya, dibuatlah lapisan mimpi yang ketiga. Di sinilah diharapkan Robert mampu membuka kotak brankas milik ayahnya yang seolah adalah warisan untuk dirinya. Target kali ini adalah sesuai dengan tujuan utama yaitu ingin menanamkan ide bahwa isi brankas besi tersebut adalah warisan dari sang ayah yang harus dilaksanakan oleh Robert sebagai pewarisnya.

Bermain dalam lapisan-lapisan mimpi membuat film ini sedemikian seru. Begitu banyak detail dan petunjuk ditampilkan baik secara visual maupun verbal dalam setiap adegannya. Karenanya untuk dapat memahami film ini dengan baik agak susah bagi kita untuk bahkan sekedar berkedip *lebay mode*

Visualisasi film ini sangat mendukung jalannya cerita serta memudahkan penonton untuk memahami ide-ide dalam film ini. Sebut saja bagaimana mudahnya sosok Ariadne mengubah arsitektur dalam alam mimpinya sekehendak hatinya. Penggambaran fungsi “totem” (penanda mimpi) yang semula kita abaikan pun disajikan secara lugas namun elegan. Arsitektur mimpi yang dapat dibuat bertingkat sesuai dengan tingkat kedalamannya dalam pikiran pun tergambar jelas dalam bentuk lift dalam adegan ketika Ariadne mencoba lancang memasuki mimpi Cobb.

Sutradara Christopher Nolan lagi-lagi memukau kita dengan pesona sisi gelap sebuah film. Sebelumnya ia telah berhasil dengan “Memento”, “The Prestige”, dan “The Dark Night”.

Sebagaimana The Matrix, di sini kita juga bermain-main dengan alam lain dalam diri kita. Dunia yang sebenarnya ada dalam diri kita. Inception mengingatkan kita bahwa mimpi pun memiliki sebuah kekuatan yang dahsyat, yang mampu mempengaruhi kehidupan sadar kita.

Apakah esok pagi kita terbangun dalam arti yang sesungguhnya dari mimpi kita? Atau kita hanya berpindah dari mimpi lapis terdalam kita menuju ke mimpi lapisan yang lebih luar saja? Yakinkah jika kita memang tengah hidup dalam mimpi kita sendiri bukan mimpi orang lain? Coba lihat “totem” kita untuk meyakinkannya πŸ˜›

Apa pun jenis fiksi yang ditampilkan dalam sebuah film, semoga kita selalu bisa menangkap sisi positifnya bagi kehidupan kita. Atau kalau nggak mau susah ya just watch for fun… walau pun sebenarnya sih sayang juga, sebab begitu banyak pesan dan hikmah yang terserak jika kita ingin menguntainya dalam benang pikiran kita.

Sumber Foto :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
  1. film jenius.. :D.. memang utk beberapa orang agak membosankan di bagian awal, tapi disitulah kunci agar kita mengerti film ini :)..

  2. @Mima udah nonton juga ya? Bikin review dong πŸ˜€

    @Mimi, memang di awal jadi semacam penjabaran tentang ide2 baru dari film ini. Agak bikin mengantuk memang hehehe

  3. Bombom, ane memang suka sama film ini, smart dan ada sesuatu yang bisa bikin kita berpikir.

    Kalau sampe ganti bekgron sih nggak dulu, soalnya ya sekarang ini masih baru kok hehehe

    Ente udah nonton film ini?

  4. jangan tanya2 film baru ke saya yang lagi di Malang Opa..Malang ini kota terbelakang dalam film.. Cinemax nya doyan ama film2 indonesia..(doh)
    parah! (lmao)

    @mimi: kerenan photo Opa..(girlkiss)(lmao)

  5. seharusnya kemaren bisa pertamax, gara2 blogspot error jadi gagal deh. hiks

    filmnya butuh waktu untuk saya cerna. untungnya saya ketiduran pas scene-nya sedang boring doang. hihihi

  6. @Bombom, memangnya malang itu tertinggal ya dalam masalah film? malang nian nasibmu nak hehehe

    @Mimi, udah jadi INCEPTION mania. Id plurknya aja jadi ekstraktor hehehe

  7. @Man, untuk orang sejenis ente cocok banget nih untuk nonton film ini. Keren deh man.

    Setelah nonton nanti jangan lupa bikin rifyu nya ya (goodluck)

  8. Om Brad, lha kemarin konon kabarnya tidur ya di bioskop *pentung om Brad*

    Pelem seseru itu kok bisa tidur sih hehehe. Ditunggu traktiran selanjutnya ya om *pitnah dot kom* hehehe

  9. Ikut komen aah..
    Begitu tahu ada film ini, pemain dan sutradara yang.. ckck deh, saya berdua adik saya chyko (http://curlygchyko.blogspot.com) langsung meluncur ke PVJ – Bandung. Benar saja, film ini membuat kami berdua terpana-pana, terbengong-bengong dg alur yang bener2 jenius! *sumpah! meres otak bangetttt -,- intinya : awesome! πŸ˜€

  10. @Aris, ini ga rencana nobar kok. Kan awalnya ada pelatihan bisnis online. Pas pulang tiba2 tercetus ide nobar hehehe…. dan terjadilah (okok)

  11. @Dian… wah senang nih mau mampir ke sini. Lho memangnya Dian di Bandung? Ada apakah di sana?

    Film ini memang keren, senang dengan film jenis ini yang bikin kita mikir ketika menontonnya. Ayo dong Dian bikin review juga πŸ˜€

  12. @Tito, sayang banget ane belum nonton shutter island. Memang ada beberapa orang yang bilang ada kemiripan antara 2 film ini πŸ™‚

  13. @alisyah… silakan direview secara cermat dan teliti dulu. Cari minimal 20 review yang terpercaya di mbah google.

    Intinya Jangan sampai sampai menyesal dan merasa rugi karena telah mengeluarkan uang tiket. Selamat riset ya bro πŸ˜€

  14. review ini sudah sy baca kemaren, trus info2 berharga disini sy pegang erat2 untuk bekal nongton. makelum, kalo pelem jenius kek gini dan gada reperensi jadi malah ga ngerti *otak pas2an*

    dan hasilnya: keren giLak!!! itu yg punya ide bikin pelem gitu sapa ya? sy sampe ga nyadar ga pernah nyender selama nonton film ini, saking seriusnya mengikuti. soalnya betul yg dibilang direview ini, berpaling bentar aja udah ketinggalan banyak.
    keren keren kerennn *jadi pengen nonton lagi*

    oia, jgn suruh sy bikin review, susakhh.. sy bisa ngerti ceritanya aja udah hebat πŸ˜€

  15. @iLLa, akhirnya film ini tayang juga ya di Surabaya *ditimpuk es krim*

    Pokoknya wajib bikin review ya, nanti tayang di MataSinema hehehe

    1. Iya kang, waktu itu cuma postingan test aja, kan belum resmi di launching. Jadi postingan itu udah saya hapus (haha) Nah supaya Kang Addie sering2 komen di sini (drinking)

  16. Hebat euy reviewnya, keren euy blog barunya… semoga dengan tampilan baru dan url baru makin membuat mas Iman rajin ngeblog. Amiiiiiin

    1. Kayaknya masih ada deh bro *asal nebak dot kom* (okok)

      Kalo nggak salah ini masih jadi trending topic di twitter dah (hassle)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.