Bermula pada Februari 2017 lalu, ketika Sekolah Alam Indonesia (SAI) Cipedak menggelar acara open house. Saat itu kami, saya dan istri, sedang galau-galaunya mencari sekolah untuk anak kami yang pertama, Syifana, yang telah menginjak usia 4 tahun. SAI Cipedak ini menjadi salah satu sekolah yang kami lirik. Kebetulan acara ini digelar weekend, saya pun berencana untuk datang ke sana.
Di Hari-H kami pun langsung menuju ke TKP.
Kami yang bertempat tinggal di Kalibata berjarak sekitar 13-15 km ke SAI membutuhkan waktu hampir 1 jam untuk menuju ke SAI Cipedak. Dengan bantuan Google Maps alhamdulillah kami dengan mudah menemukan lokasinya.
Dari jalan utama, Jalan Kahfi 1, ternyata kami harus masuk ke jalan yang lebih kecil, yakni Jalan Pembangunan. Sudah banyak mobil terparkir di sisi-sisi jalan ini. Petugas parkir tampak sibuk mengatur mobil yang satu-persatu terus berdatangan untuk mendapatkan area parkir masing-masing. Akhirnya kami pun berhasil mendapat tempat parkir kendati di luar lokasi sekolah. Kami masih harus berjalan kaki sekitar 200 meter untuk masuk ke area sekolah.
Cuaca pagi itu cerah. Berjalan kaki ke area sekolah cukup kami nikmati. Kami sempat melewati pintu gerbang hutan kota, hutan yang dilindungi milik Pemprov DKI. Wow ternyata SAI Cipedak ini bertetangga dengan hutan kota. Jaminan bagi penghuni sekolah untuk dapat menghirup udara yang bersih dan segar.
Kakak Syifana dan dedek Falisha nampak sangat menikmati acara jalan kaki bersama ini, demikian juga dengan bundanya. Semakin dekat dengan gerbang sekolah, namun masih belum nampak gedung sekolah yang berdiri megah. Seperti apakah sekolah alam itu? Rasa penasaran pun makin menjadi.