Saya membuat account Instagram di awal tahun 2014. Saat itu saya berpikir bahwa Instagram itu adalah sosial media untuk berbagi foto-foto yang kita anggap paling keren. Karenanya kebanyakan yang saya follow adalah account para fotografer atau mereka yang hobi foto obyek-obyek menarik. Saya banyak belajar bagaimana cara mereka menentukan sudut pengambilan gambar serta pencahayaan sehingga hasil foto mereka terlihat begitu berbeda tapi tetap menarik. Account lainnya yang saya ikuti tentu saja adalah milik teman-teman, keluarga dan sahabat. Makanya selama 2 tahun berinstagram saya hanya melakukan follow ke 61 account saja.
INSTAGRAM BERUBAH
Hingga akhir-akhir ini Instagram berubah total, ia tidak hanya menjadi ajang berbagi hasil foto dan video keren, melainkan juga menjadi ajang eksistensi diri. Tidak heran kebanyakan isi Instagram saat ini adalah berupa foto selfie atau wefie. “Penyakit” ini tidak saja menghinggapi para artis dan tokoh terkenal, tetapi juga hampir semua pengguna instagram melakukannya. Untuk yang satu ini saya seringkali melakukan unfollow kepada account-account yang masuk kategori “berlebihan” dalam melakukan sharing foto-foto semacam ini. Please deh!
Instagram juga berubah jadi pasar kaget. Ya, bahkan Kaskus dan situs online “sepertinya” kalah pamor dibandingkan Instagram dalam hal memberikan efek peningkatan penjualan. Barang yang dijual pun super lengkap, dari produk kebutuhan sehari-hari, makanan, barang elektronik, gadget, hingga kebutuhan hewan peliharaan juga ada lho! Penjual tinggal menentukan hastag yang tepat maka produk yang dijual akan segera menemukan pembeli yang tepat, demikian juga sebaliknya.