Hikmah

Makanya Jangan Terlalu Ngebut…

By on September 15, 2012
Sumber : berjamaah.com

Judul ini bukan mengenai mobil atau motor yang suka ngebut di jalan raya kok. Ngebut yang saya maksudkan adalah untuk bacaan imam yang terlalu cepat ketika memimpin shalat berjamaah. Pernah mengalami ini? Saya yakin pasti pernah kan (goodluck)

Kita berulang-ulang diingatkan tentang betapa pentingnya untuk melakukan shalat berjamaah terutama di masjid. Sebagai konsekuensinya tentu kita akan bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dan banyak karakter. Mungkin inilah hikmah mengapa Rasulullah begitu “amat sangat” meminta ummatnya untuk menjaga shalatnya agar senantiasa berjamaah di masjid, yakni agar kita menjadi mahluk sosial yang bijak karena terlatih untuk menghadapi begitu banyak ragam orang dalam keseharian dengan sesama jamaah (makmum) maupun dengan sang imam.

Khusus untuk imam yang bacaan shalatnya terlalu ngebut saya punya pengalaman yang unik dan menggelitik. Seringkali kita menggerutu dalam hati dan kerepotan mengikuti ritme imam yang super cepat itu, nampaknya sang imam sudah memakai prosesor di atas quad-core hehehe. Bacaan shalat kita nggak ada yang tuntas karena setiap gerakan dilakukan dengan begitu cepatnya (doh)

Continue Reading

Sharing

Shalat Nggak Khusyuk

By on August 11, 2012
Sumber : sholatyuk.wordpress.com

Kita sudah sepakat bahwa shalat berjamaah terutama di masjid adalah sebuah keutamaan, bahkan mendekati keharusan. Ternyata banyak hikmah di balik perintah Allah ini, antara lain kita jadi belajar berinteraksi dengan aneka rupa jenis manusia lain, belajar ikhlas, dan belajar bersabar serta tak lupa juga belajar berbagi.

Bicara tentang interaksi dengan manusia lain, khususnya ketika shalat berjamaah di masjid, ternyata banyak sekali kisah di sana. Dari yang mengharukan, membuat kesal, hingga yang menggelitik hati.

Saya coba berbagi aneka pengalaman, sebenarnya sih berbagi aib hehehe, tentang shalat berjamaah saya di masjid.

Shalat Penuh Getaran

Pengalaman ini saya alami belum lama, tepatnya ketika awal-awal Ramadhan ini. Malam itu seperti biasa saya dan istri tarawih di masjid favorit kami di kawasan Menteng. Kami sudah terlanjur cinta dengan kefasihan dan kemerduan suara sang imam yang memang diimpor langsung dari Madinah oleh pengurus masjid ini selama bulan Ramadhan ini.

Seperti biasa saya mencari posisi shaf di depan. Alhamdulillah malam itu saya mendapat tempat kalau tidak salah ingat di shaf ke empat dari depan. Setelah shalat sunnah tahiyyatul masjid, tilawah berjamaah, lalu dilanjutkan dengan shalat isya.

Posisi di sebelah kanan saya kosong. Ketika kita semua berdiri dan hendak merapikan shaf maka seorang bapak pun maju dan mengisi posisi kosong di samping kanan saya tersebut. Dan kami pun mulai shalat Isya berjamaah.

Ada yang aneh saya rasakan dari sosok di sebelah kanan saya. Tangannya selalu bergerak dengan gerakan yang agak acak. Mau tidak mau saya memperhatikan kejanggalan ini. Saya berusaha mengabaikan gerakan yang lama kelamaan saya rasakan mirip getaran ini.

Masuk ke rakaat kedua, saya pun agak mengambil jarak dari bapak di sebelah kanan saya tersebut. Saya bergeming sedikit ke kiri sejauh kira-kira 5 cm, maksud hati agar gerakan atau getaran si bapak tidak mengenai saya. Sesaat setelah saya bergeming ternyata si bapak malah merapatkan diri kembali ke saya. Walhasil saya pun kembali ikut bergetar sepanjang rakaat kedua ini. Sabar… sabar…

Continue Reading

Sharing

Tepukan Misterius

By on June 12, 2012
Sumber : tsetsensod.blog.banjig.net

Suasana menjelang maghrib di Kota Surakarta kala itu memang agak lembab. Keletihan selama 12 jam perjalanan dari Jakarta membuat sore itu saya tak kuasa menahan kantuk. Alhamdulillah bisa terjaga beberapa saat sebelum maghrib.

Kamar hotel yang tidak begitu luas menjadikannya kurang nyaman untuk melakukan shalat di sana, apalagi kami bertiga. Kebetulan kalau tidak salah menurut petugas hotel di lantai bawah ada mushalla. Pasti lebih nyaman untuk shalat berjamaah di sana.

Saya satu kamar dengan adik saya dan paman. Adik saya beberapa hari lagi akan menggenapi Dhiennya (menikah) dengan seorang gadis Solo. Ibu, kakak, dan beberapa kerabat pun turut dalam rombongan ini. Dan kami sekeluarga besar akhirnya hadir di kota batik ini pagi tadi dengan mencharter sebuah bus.

Adik saya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sedangkan paman saya asyik masyuk mengobrol via telepon dengan seseorang. Setelah pamit pada keduanya, saya pun segera pergi ke mushalla lebih dahulu, toh pasti mereka akan menyusul.

Continue Reading