Sharing

Shalat Nggak Khusyuk

August 11, 2012
Sumber : sholatyuk.wordpress.com

Kita sudah sepakat bahwa shalat berjamaah terutama di masjid adalah sebuah keutamaan, bahkan mendekati keharusan. Ternyata banyak hikmah di balik perintah Allah ini, antara lain kita jadi belajar berinteraksi dengan aneka rupa jenis manusia lain, belajar ikhlas, dan belajar bersabar serta tak lupa juga belajar berbagi.

Bicara tentang interaksi dengan manusia lain, khususnya ketika shalat berjamaah di masjid, ternyata banyak sekali kisah di sana. Dari yang mengharukan, membuat kesal, hingga yang menggelitik hati.

Saya coba berbagi aneka pengalaman, sebenarnya sih berbagi aib hehehe, tentang shalat berjamaah saya di masjid.

Shalat Penuh Getaran

Pengalaman ini saya alami belum lama, tepatnya ketika awal-awal Ramadhan ini. Malam itu seperti biasa saya dan istri tarawih di masjid favorit kami di kawasan Menteng. Kami sudah terlanjur cinta dengan kefasihan dan kemerduan suara sang imam yang memang diimpor langsung dari Madinah oleh pengurus masjid ini selama bulan Ramadhan ini.

Seperti biasa saya mencari posisi shaf di depan. Alhamdulillah malam itu saya mendapat tempat kalau tidak salah ingat di shaf ke empat dari depan. Setelah shalat sunnah tahiyyatul masjid, tilawah berjamaah, lalu dilanjutkan dengan shalat isya.

Posisi di sebelah kanan saya kosong. Ketika kita semua berdiri dan hendak merapikan shaf maka seorang bapak pun maju dan mengisi posisi kosong di samping kanan saya tersebut. Dan kami pun mulai shalat Isya berjamaah.

Ada yang aneh saya rasakan dari sosok di sebelah kanan saya. Tangannya selalu bergerak dengan gerakan yang agak acak. Mau tidak mau saya memperhatikan kejanggalan ini. Saya berusaha mengabaikan gerakan yang lama kelamaan saya rasakan mirip getaran ini.

Masuk ke rakaat kedua, saya pun agak mengambil jarak dari bapak di sebelah kanan saya tersebut. Saya bergeming sedikit ke kiri sejauh kira-kira 5 cm, maksud hati agar gerakan atau getaran si bapak tidak mengenai saya. Sesaat setelah saya bergeming ternyata si bapak malah merapatkan diri kembali ke saya. Walhasil saya pun kembali ikut bergetar sepanjang rakaat kedua ini. Sabar… sabar…

Selesai salam di rakaat keempat Shalat Isya, saya mencari-cari posisi kosong di shaf lebih depan, berharap bisa pindah dari sisi si bapak yang saat itu nampak tengah khusyuk berdoa. Namun nampaknya saya kurang beruntung. Dan malam itu saya pun harus menikmati getaran dari si bapak hingga selesai shalat tarawih.

Nggak khusyuk? sudah pasti. Lebih dari itu saya malah jadi berpikir tentang kondisi si bapak yang usianya saya taksir baru sekitar 50 tahunan. Penyakit apakah yang ia derita? Alih-alih kesal saya malah berbalik menjadi bersyukur atas kondisi kesehatan yang telah Allah berikan ke saya. Semoga Allah memberikan kesembuhan dan kesabaran pada si bapak.

Shalat yang Basah

Masih ketika sedang bertarawih. Di sisi sebelah kiri saya nampaknya sedang mengalami flu berat.  Berulang kali orang tersebut menyedot, maaf, ingusnya. Dan ini ia lakukan secara sangat intensif. Efek suara ini memang cukup mengganggu kekhusyukan shalat saya, namun ini cenderung bisa saya abaikan.

Ada satu hal yang sebenarnya cukup mengganggu saya yakni orang ini bolak-balik menyeka hidung dengan tangannya, dan tangannya yang basah tersebut ia seka pada lengan bajunya sendiri. Oalah saya langsung berjengit melihatnya. Lagi-lagi mau tidak mau saya jadi melihat apa yang ia lakukan sepanjang waktu shalat ini. Ya Allah… hilang lagi pahala shalat saya kali ini… (doh)

Hey, Saya Hapal Lho!

Lain lagi cerita di malam itu. Masih sama di momen tarawih juga, saya kembali menempati beberapa shaf dari depan. Dan tarawih pun dimulai dengan terlebih dahulu menunaikan shalat Isya. Alhamdulillah malam itu saya bisa asyik masyuk menikmati keindahan suara imam yang begitu menyentuh hati. Terkadang walaupun tidak mengerti makna ayat yang dibacakan imam tiba-tiba mata saya berkaca-kaca tanpa sebab. Subhanallah…

Shalat Isya pun dengan lancar saya ikuti. Kali ini dengan cukup khusyuk.

Mengawali tarawih sang imam membacakan surah Yaasin. Saya kembali menikmati suara imam yang benar-benar indah dengan makhraj yang pas serta tajwid yang benar. Semua terasa pas dan benar-benar indah terdengar di telinga. Hingga terdengar suara janggal dari sisi kanan saya.

Ternyata orang di sebelah kanan saya ini mengikuti apa yang dibacakan imam dengan suara yang cukup keras di telinga saya. Duh, suaranya yang jauh dari merdu itu menenggelamkan syahdunya suara sang imam.

Saya mulai terusik.

Di rakaat kedua ini kembali terulang. Masih dengan intensitas suara yang sangat mengganggu gendang telinga saya. Orang ini memang nampaknya hapal surah Yaasin. Tapi mbok ya jangan begini tho mas. Saya berusaha untuk tetap bersabar dan fokus ke suara imam.

Walhasil kembali malam itu saya lebih banyak mengeluh dalam hati atas sikap orang di sebelah saya ini. Astaghfirullah… lagi-lagi sepertinya malam itu saya harus rela melepas pahala shalat sunnah tarawih… (lonely)

 

Nggak Ngobrol kok, Cuma Chating

Sumber : http://www.bungas.com

Saat itu hari Jumat. Siangnya saya pun bergegas menuju masjid dekat rumah. Masjid yang didirikan di kawasan apartemen Rasuna ini cukup cantik dan nyaman. Apalagi di ruang utama masjid  ini dilengkapi dengan pendingin udara.

Adzan berkumandang. Sang khatib pun naik ke atas mimbar untuk menyampaikan khutbah jumat. Sebagian besar jamaah memperhatikan dan menyimak sang khatib, sebagian lagi nampak sudah mulai tertidur pulas. Ada kejadian kecil yang begitu menyita perhatian saya. Seorang remaja di depan saya yang nampaknya berkebutuhan khusus sibuk merogoh-rogoh kantong celananya. Rupanya dia tengah mengambil handphone yang ia kantongi. Ketika ia berhasil meraih hp tersebut yang saat itu ring tone nya sedang berbunyi, ia segera mematikan hp tersebut dan kembali secara khusyuk mendengarkan khutbah.

Bertolak belakang dengan remaja tadi, seorang karyawan yang usianya kurang lebih sebaya dengan saya malah tengah tersenyum-senyum sendiri. Posisinya juga di depan saya cuma agak jauh ke sebelah kanan. Matanya terus menunduk memperhatikan sesuatu yang tengah di genggamnya. Penasaran saya pun agak sedikit mendongak untuk mengintip. Ya, sesuai dugaan saya ternyata orang itu memang tengah asyik chatting menggunakan perangkat telepon genggamnya. Oalah…

Lagi-lagi saya kehilangan banyak pahala. Khutbah Jumat itu terasa hanya sebagai angin lalu saja bagi saya. Fenomena kedua mahluk tuhan ini sangat mengusik perhatian saya. Seseorang yang diberikan kekurangan oleh Allah saja ternyata bisa lebih bersyukur dan mengerti bagaimana adab mendengarkan khutbah dibandingkan sosok karyawan tadi yang sama sekali tidak menghargai khotib yang tengah berkhutbah.

Lantas apa bedanya dengan saya yang juga jadi ikut tidak memperhatikan khutbah? Saya cuma bisa beristighfar dalam hati… astagfirullah

Kawan,

Makin banyak saya berbagi semakin banyak aib yang sebenarnya saya buka. Tapi saya merasa perlu menceritakan ini karena begitu banyak fenomena keseharian kita yang melalaikan kita dari sifat bersyukur, bersabar, dan ikhlas. Padahal begitu banyak orang lain yang lebih tidak beruntung malah memiliki tingkat rasa syukur jauh lebih tinggi dari kita.

Apakah kamu pernah punya pengalaman yang sama?

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    1. Hahaha apes banget dong ente bro. Memang nggak neka banget bersebelahan dengan orang yang sedang flu parah (haha)

  1. saya salut sama yang anak tersebut… jadi miris kalau ngeliat kelakuan sendiri yang kayak si karyawan pas lagi kebaktian minggu… -_-

    1. Iya bro, anak yang berkebutuhan khusus itu tampak sangat sulit mengendalikan tangannya untuk memegang dan mematikan suara ringtone tersebut, tapi itu dia lakukan walaupun susah payah. Kontras sekali dengan si karyawan itu yang malah asyik sendiri.

      Besok2 kalau kebaktian hp nya di matiin dulu aja Nuel hehehe (goodluck)

  2. sepanjang yang saya tahu, mendengarkan khutbah jum’at itu termasuk rangkaian shalat jum’at. ngga boleh sambilan macam macam, apalagi chating 🙁

    1. Bener bro, sepakat 1000%!

      Kalau nggak salah cuma berkata untuk membuat orang lain diam aja kita bisa ikutan batal shalat jumatnya. Wallau’alam…

    1. Wah sayang dong mas kalau melewatkan tarawih berjamaah. Buat saya itu saat-saat yang ngengenin dari bulan ramadhan. Untuk shalat jumat coba praktikan tips saya di tulisan sebelum ini, siapa tau membantu (goodluck)

  3. Untuk khusuk memang tidak mudah ya mas, krn byk godaan, apalagi di masjid yg byk orang. Jd saya sering Shalat di rumah berjamaah dg keluarga.

    1. Saya sangat tidak setuju jika laki2 shalat berjamaah di rumah. Rasulullah sangat menekankan ummatnya agar shalat berjamaah di masjid. Bahkan rasulullah sangat murka terhadap orang-orang yang shalat di rumah. Wallau’alam..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.