Sharing

Perjalanan Hampir 5 Tahun di Sekolah Alam Indonesia Cipedak

By on March 12, 2024

Wuiiih, ternyata sudah hampir lima tahun saya dan istri telah menyekolahkan anak pertama kami, Syifana, di Sekolah Alam Indonesia (SAI) Cipedak. Masih terbayang bagaimana excited nya saya dan istri ketika masa-masa pendaftaran dahulu.

Harapan dan idealisme saat itu benar-benar sangat membuncah. Maklum, kan baru menyekolahkan anak pertama. Saat itu SAI Cipedaklah yang menjadi tempat yang paling mendekati harapan dan idealisme kami.

Setelah lebih dari empat setengah tahun menyekolahkan si kakak (panggilan untuk Syifana) di sana, bagaimana sebenarnya kenyataannya?

Si kakak

Yuk mampir untuk melihat betapa serunya saya dan istri akhirnya mendaftarkan si kakak sekolah di SAI Cipedak.

FASIL YANG “ACT AS PARENTS”

Ini menurut saya berhasil memenuhi ekspektasi saya dan istri. Fasil (kependekan dari fasilitator), yang merupakan sebutan untuk guru di SAI Cipedak, memang diposisikan benar-benar menyerupai orang tua di kelas. Karenanya tiap kelas pasti ditempatkan dua orang guru, yakni seorang guru laki-laki dan seorang guru perempuan. Mereka benar-benar menjadi orang tua bagi semua anak-anak di kelas. Anak mendapatkan sosok ayah dan juga sosok ibu secara seimbang.

Bagaimana saya kok bisa menyimpulkan demikian?

Continue Reading

Sharing

School From Home Ala Sekolah Alam Indonesia

By on January 30, 2021

Pagi itu, seperti biasa Kakak Syifana sedang duduk manis di depan laptop untuk segera memulai kelas hari itu. Masih dengan kondisi “muka bantal” dia menyeruput segelas air putih yang disediakan Bunda di samping laptop sambil mengunyah roti isi keju kesukaannya.

Kelas pun terdengar dimulai. Ibu Fasil (fasilitator, sebutan untuk para guru di Sekolah Alam Indonesia) terdengar membuka kelas dan kemudian beliau langsung melanjutkan dengan membaca almatsurat bersama.

Selesai membaca almatsurat Bu Fasil menyapa satu persatu anak-anak yang hadir di kelas daring pagi itu. Ada yang ditanya apakah sudah mandi? Apakah tadi Shalat Subuh? Subuhnya jam berapa? Sarapan apa dan pertanyaan lainnya.

Tiba giliran Kakak Syifana yang disapa oleh Bu Fasil.

“Kalau Syifana tadi Shalat Subuh jam berapa nak?”

Deg! saya mendadak merasa dagdigdug. Apa ya kira-kira jawaban Kakak Syifana mengingat huru-hara yang terjadi pagi ini.

Continue Reading

Review

Review Film Bumi Manusia (2019)

By on August 17, 2019

“Kita kalah ma, kita kalah…”

“Tidak sinyo, kita sudah melawan dengan sekuat-kuatnya dan dengan sehormat– hormatnya!”

Kemarin lusa (15 Agustus 2019), Film Bumi manusia resmi tayang di bioskop. Sontak saya langsung mewajibkan diri saya untuk menyaksikan film ini. Bukan tanpa alasan film ini menjadi film yang harus ditonton (buat saya), setidaknya ada 2 alasan besar, yaitu nama besar sang penulis buku (Alm. Pramoedya Ananta Toer) dengan segala kontroversinya serta sosok Hanung sebagai sutradara yang biasanya mengerjakan suatu film dengan sungguh-sungguh, pun merupakan sosok yang kerap kali kontroversial.

Alasan lain yang membuat saya ingin menonton film ini adalah penasaran bagaimana Iqbaal Ramadhan yang sangat melekat dengan sosok Dilan mampu bermain dalam peran yang lebih serius, serta satu lagi, film ini berdurasi 3 jam lebih 1 menit. Wow!

Saya bukanlah pecinta buku karya Alm. Pramoedya Ananta Toer, namun yang saya tahu pasti beliau adalah salah satu tokoh besar dalam dunia sastra Indonesia. Beliau bahkan harus mendekam di dalam tahanan dalam membela dan mempertahankan apa yang beliau yakini. Menyaksikan Film Bumi Manusia saya dalam posisi sebagai orang yang tidak mengetahui tentang novelnya sama sekali. An sich murni sebagai penikmat film.

Continue Reading