Temen : Telat banget sih bahas Harry Potter baru sekarang!
Saya : Biarin #kalem
Temen : Judulnya ampun deh, kepedean banget sih #gayanyinyir
Saya : Biarin #kalemberkurang #siapinpentungan
Temen : Jadi tetep mo nulis tentang HarPot?
Saya : Ya iyalah!!! #kesabaranhabis #mentungtemen
Saya cuma ingin sedikit sharing tentang bagaimana saya bisa tenggelam begitu dalam pada pesona tokoh fiktif besutan JK Rowling ini. Semua berawal dari ketidaksengajaan dan tentu saja ada faktor teman di sana.
Penasaran? yuk kita ikuti kisahnya #apaseh #sokpenting
Siang itu sepulang rapat salah satu organisasi, teman saya mengajak nonton bareng film yang saat itu sedang “happening” banget, yaitu Harry Potter and the Sorcerer Stone.
Saat itu saya benar-benar nggak mengenal tokoh Harry Potter ini. Pernah membaca email forwardan teman tentang ini tapi sayangnya saya nggak baca dan memang sama sekali nggak tertarik. Apalagi katanya ini film tentang “sihir” dan anak-anak #hadeeh
Walhasil karena nggak enak sama teman dan memang hari itu lagi nggak ada acara saya mengiyakan ajakannya.
Benar saja selama nonton film ini saya cuma bisa terbengong-bengong. Saat itu yang bisa saya cerna adalah seorang anak kecil yang masuk sekolah sihir dan ada petualangan seru dia bersama teman-temannya di sekolah sihir tersebut. Ada sapu terbang, tongkat sihir dan mahluk-mahluk ajaib… that’s all. Kayaknya biasa aja, apanya yang menarik? Terus terang saya memang nggak begitu ngerti jalan ceritanya sih #eh (okok)
Temen saya begitu antusias dan menikmati tontonan ini. Begitu selesai nonton dia baru sadar kalau saya nggak begitu tertarik. Wah nggak enak juga saya ketahuan hehehe (doh)
Pas jalan pulang dia mampir ke rumahnya dan mengeluarkan sebuah benda berbentuk kotak yang berupa lapisan2 kertas dengan bagian depan bergambar anak kecil dengan jidat bertato petir dengan judul besar tertulis Harry Potter dan Batu Bertuah #bilangajanovel #edisilebay
Dengan ekpresi datar saya menerima pinjaman paksa novel ini. “Man baca dulu deh supaya ente ngerti Harry Potter, baru ente nonton lagi pelemnya” ujar teman saya yang hingga saat ini masih terngiang-ngiang di kepala saya (scenic)
Novel itu nggak saya sentuh sama sekali hari itu, saya malah asyik nonton tipi bareng orang rumah. Singkat cerita besok paginya, kebetulan memang hari libur, saya mulai melirik ke novel pinjaman saya itu. Novel yang cuma sekitar 300an halaman ini nggak terlalu menakutkan bagi saya nggak begitu hobi baca #jujur
Dan jadilah hari libur itu saya isi dengan membaca novel. Eyaampun dari bab pertamanya aja novel ini sudah mampu menghipnotis saya. Saya seolah masuk ke dalam isi cerita. Semua setting, deskripsi suasana, karakter tokoh terasa begitu hidup bagi saya.