Mula-mula sebenarnya cuma iseng mengirim email yang berisi 10 alasan kenapa kita ingin nonton Film Darah Garuda (Merah Putih II). Info ini saya dapatkan dari milis MataSinema, sebuah komunitas pecinta film khususnya Film Indonesia. Eh Alhamdulillah dapet rejeki, saya bisa mendapatkan 2 tiket gratis nonton film ini untuk tanggal 9 September 2010 di Blok M Square (yahoo) . Saya berangkat bareng teman-teman MataSinema yaitu Yugo, Ricky, dan temannya (lupa namanya) 😛 .
Sebenarnya agak lupa-lupa ingat jalan cerita film pertama dari trilogi ini yang berjudul Merah Putih (thinking) , tapi ketika menyaksikan sequelnya ini otomatis jadi ingat lagi (tongue) .
TOKOH
Masih dengan tokoh seperti dalam Merah Putih, tampil di sini yakni Lukman Sardi (Kapten Amir), Donny Alamsyah (Thomas), Rifnu Wikana (Dayan), Darius Sinathrya (Marius), Rahayu Saraswati (Senja), Atiqah Hasiholan (Lastri), Astri Nurdin (Melati) dan Rudy Wowor (Van Gaartner). Semua tokoh lama ini makin menunjukkan masing-masing karakternya di sini. Namun memang tokoh Dayan terlihat paling menonjol dalam mengeksplorasi diri, sehingga terlihat sangat total dan cukup memikat. Tokoh lainnya memang hanya mendapatan porsi seadanya sehingga kemampuan akting mereka tidak terlalu terlihat.
Tampil beberapa tokoh baru yang cukup membuat cerita mengalir dengan cukup gereget, yakni Ario Bayu (Sersan Yanto), Alex Komang (Kyai), dan Aldy Zulfikar (prajurit Budi). Yang menarik adalah tokoh Sersan Yanto yang hadir sebagai pengkhianat. Ini membuat cerita memiliki sisi dramatis dan sedikit gereget (taser) .
CERITA
Setelah sukses membuat tentara Belanda kehilangan sumber bahan bakar dan persediaan senjata pada film pertama, dalam sequel ini sisa pasukan rekruitan Sekolah Rakyat ini pun terus meneruskan misi mereka untuk bergabung dengan tentara Republik Indonesia, yakni pasukan Panglima Besar Jendral Sudirman. Eh di film ini ada sekilas penampakan Panglima Besar Jendral Soedirman lho (applause)
Setelah melalui perjalanan mengarungi hutan pasukan kecil ini akhirnya bertemu dengan pasukan tentara Republik Indonesia. Pimpinan pasukan tentara yang terkesan akan keberhasilan Kapten Amir dan kawan-kawan dalam mengganggu cadangan bahan bakar dan senjata Belanda akhirnya memilih tim kecil ini sebagai kelompok intelejen dari tentara Republik Indonesia. Tim spesial ini ditugaskan untuk mencegah agar proyek pembangunan bandar udara oleh Belanda selesai. Tim kecil ini dibantu oleh pasukan milik Sersan Yanto. Uniknya sebagai prajurit andalan dalam menembak jitu adalah seorang anak kecil, yakni Budi (rock) .
Dalam menunaikan misinya tim kecil ini di tengah perjalanan bertemu dengan pasukan dari komunitas muslim. Posisi komunitas ini netral, yaitu tidak mendukung tentara Indonesia namun sama-sama memusuhi Belanda. Berkat diplomasi sederhana dari Kapten Amir akhirnya komunitas muslim ini malah memberikan bekal amunisi berupa bom untuk menghadapi Belanda.
Film yang berjalan relatif datar dan cenderung membosankan di bagian awal mulai terasa menjadi agak gereget dengan munculnya kisah tertangkapnya Dayan, sang tentara dari Bali, oleh pasukan Belanda dan menjadi sandera. Adegan penyiksaan selama tersandera cukup dihayati oleh Rifnu Wikana dengan baik, sehingga terasa hidup dan cukup menyentuh. Selain itu Sersan Yanto mampu hadir sebagai tokoh pengkhianat yang cukup menyebalkan.
Adegan di lapangan terbang merupakan jawaban atas kerinduan akan munculnya adegan di film-film peperangan yang tidak muncul di film pertama. Kehadiran Conor Allyn sebagai sutradara ke-2 cukup berperan dalam menampilkan adegan-adegan sebagaimana di peperangan ala Hollywood. Cukup memikat mata dan terasa hidup. Ledakan pesawat, gudang bahan bakar, dan adegan tembak-tembakan cukup sangar ditampilkan di sini.
Ending cerita sengaja dibuat menggantung agar kita tetap terpicu untukmenyaksikan film ke-3 dari trilogi Merah Putih ini. Yadi Sugandi sang sutradara menyatakn film terakhir dari trilogi ini akan muncul sekitar bulan Mei dengan mengusung judul Hati Merdeka.
CATATAN
Kehadiran film bertema nasionalis dan patriotis terbilang teramat langka di jagad persinemaan tanah air. Apalagi dengan mengusung tema sejarah perjuangan kemerdekaan. Karenanya trilogi Merah Putih seakan mencoba hadir untuk mengisi kekosongan tersebut, setidaknya itulah obsesi sang sutradara Yadi Sugandi.
Sebagai film yang idenya berdasarkan fakta sejarah menurut saya pribadi film ini agak kurang menonjolkan waktu dan tempat kejadian yang menjadi latar belakang film ini. Jadi ketika menonton saya bertanya-tanya ini settingannya tahun berapa ya? Ini lokasinya di mana ya? Apa peristiwa sejarah besar yang terjadi di tanah air waktu itu ya? Saya tidak tahu apakah cuma saya yang berpikir demikian karena nggak fokus (taser) atau memang ini juga dialami oleh penonton lain?
Idealnya, lagi-lagi menurut saya lho, setiap berganti lokasi hendaknya dijelaskan kejadian tersebut di mana dan sekitar tahun berapa. Saya rasa ini nggak akan menggangu keindahan gambar.
Dari segi musikalitas film ini terasa sangat minim. Efek latar belakang musik hadir seperlunya. Namun demikian aransemen musik milik Thoersi Argeswara ini tampil sangat pas di tiap adegan. Jadi walaupun minimalis saya tetap angkat jempol untuk musik yang indah yang ditampilkan di film ini. Omong-omong kenapa film ini nggak memiliki lagu soundtrack ya? (thinking)
Secara keseluruhan film yang berdurasi sekitar 108 menit ini mampu tampil sebagai film perjuangan yang patut kita dukung dan banggakan. Inilah karya anak negeri yang ingin mencoba mengembalikan semangat perjuangan dan nasionalisme terutama kepada generasi muda Indonesia. Buat yang belum nonton nggak akn rugi deh nonton film ini. Yuk (bringit)
Sumber foto : Situs Resmi Film Merah Putih
ck ck ck
gua ga diajak (nottalking)
awas ye
(annoyed)
Sebenernya pingin ngajak,tapi kan saya dapat tiketnya cuma untuk 2 orang, kalau ajak ente kan jadi kagak cukup tuh tiket, secara ente dihitung 3 (haha) *kaboooor*
klo aku lagi penasaran nonton sang pencerah.. :)) deblogger nonton rame2 yuk.. (dance)
Sama Luvie, penasaran banget sama Sang Pencerah. Kebetulan Darah Garuda duluan karena kan gratisan hehehe (money) (money) (money)
Nice resensi hehehe emang lain kalau yang hobbynya nonton 🙂
Makasih mba Ajeng. Gimana kabarnya mba? semoga segera diberikan kesehatan dan pulih sedia kala ya, amien (worship)
Wahhh ternyata banyak film bagus yang bernuansa perjuangan di bulan September ini… Salut untuk film Indonesia. Semoga menjadi pemicu semangat patriotisme generasi muda kita
Iya nih bro, sebenarnya Darah Garuda ini ingin dikeluarkan di Agustus kemarin, sayangnya bertepatan dengan Ramadhan sehingga diundur menjelang hari raya 😀
wah spoiler nih. tapi thanks sharingnya ya. semoga masih sempat nonton 😀
Masih tayang kok Om. Buruan nontonnya hehehe (goodluck)
wih foto-foto sama Donny Alamsyah sama Teuku Rifnu *iri*
Iya dong, gratisan lagi (evil_grin) *ngomporin mode*
Duhhhh gw ga sempet nonton pilem ini (tears)
Ud keburu ilang dari peredaran… 😮
padahal gw ud nonton prekuelnya (Merah Putih) tahun lalu huks huks huks huks…
semoga film film kayak gini makin banyak di pasaran ya
trus menggeser film film dengan tema horor atau seks yang sama sekali gak bermutu
blogwalking mas. kunjungi blogku juga ya