Hari itu adalah jadual pindahan tempat kerja. Bukan, bukan pindah kerja, tapi pindah tempat kerja. Laboratorium yang biasa menjadi tempat kerja saya yang terletak di lantai 2 akan direnovasi total. Seluruh peralatan dan bahan di lab harus dipindahkan untuk sementara ke lantai 1.
Setelah proses pindahan yang memakan waktu hampir 1 minggu ini selesai, saya pun menempati sebuah lab di lantai 1 yang sudah jarang dipakai. Sedangkan petugas lab lainnya mendapatkan ruangan lab lainnya yang jaraknya sangat dekat dengan ruangan lab saya ini.
Lab tersebut digunakan untuk divisi pengolahan kulit, namun saat ini memang sudah nyaris tidak pernah digunakan lagi. Menurut info yang saya terima, hanya sesekali petugas teknis datang ke lab ini untuk mengambil reagent atau sampel.
Masuk ke dalam lab ini saya langsung disergap oleh udara pengap dan lembab. Debu yang hinggap ke hidung membuat saya bersin beberapa kali.
Lab kulit ini tak ubahnya sebuah gudang. Di sudut-sudut ruangan tampak sarang laba-laba menutupi rak sampel yang berjajar di sepanjang dinding. Rak sampel ini berisi puluhan botol sampel yang tampak sudah berumur, kusam dengan label-label nama yang sudah nyaris hilang.
Di sudut lainnya beberapa alat-alat lab berukuran besar tampak bertumpuk kurang rapi. Sebagian bahkan sudah tak jelas lagi warna aslinya karena tertutup oleh debu.
Di tengah lab ini terdapat sebuah meja kerja besar dengan tinggi sedikit di atas pinggang. Tampak jerigen sampel yang masih baru berjejer di sana. Benda-benda di atas meja inilah yang setidaknya menunjukkan adanya aktifitas “kehidupan” di ruang ini.
Saya pun bergegas memanggil petugas kebersihan untuk meminta tolong untuk membersihkan ruangan lab ini.
“Mas, kok ruangan ini kotor sekali ya? Apa memang jarang dibersihkan ya?” Saya coba membuka pembicaraan dengan petugas kebersihan
“Wah mas, boro-boro membersihkan. Saya masuk ruangan ini aja nggak berani kalau sendiri” Jawabnya polos
“Lho kok nggak berani, memangnya kenapa mas?
“Ya gitu deh mas, serem” jawabnya sambil sedikit tersenyum
Ada-ada saja pikir saya.
Setelah dibersihkan tampak ruangan ini menjadi lebih manusiawi. Udara lebih segar untuk saya hirup. Apalagi hexaust sudah saya hidupkan dan pintu ruangan saya buka lebar-lebar.
Saya pun mulai memindahkan beberapa alat dan keperluan saya lainnya ke lab ini. Besok saya bisa mulai bekerja di sini.
—
Pagi-pagi setelah membaca email saya pun langsung menuju ke lab kulit. Ada pekerjaan yang harus saya selesaikan segera.
Saya membutuhkan listrik untuk menyalakan waterbath saya. Ternyata stop kontak sedikit tersembunyi di balik jajaran jerigen sampel di tengah meja ini. Saya menggeser beberapa jerigen sampel hingga kabel waterbath dapat saya pasang di stop kontak.
Hari itu ternyata saya hanya bisa bekerja beberapa jam saja. Ada demo buruh yang melakukan sweaping ke pabrik-pabrik untuk melarang adanya aktifitas kerja di hari itu. saya pun terpaksa menyelesaikan pekerjaan hari itu. Sebelum keluar dan kembali mengunci lab, saya pun terlebih dahulu memastikan semua peralatan listrik mati.
Kantor kami pun akhirnya pulang cepat hari itu.
—
Esoknya, pagi-pagi sekali saya langsung menuju ke lab kulit. Pengujian yang saya lakukan memang tanggung sekali dan hampir selesai.
Setelah menyalakan lampu dan hexaust, saya pun langsung menghidupkan waterbath. Ketika hendak mencolokkan kabel ke stop kontak saya merasa ada yang berubah dari susunan jerigen sampel ini.
Saya ingat betul bahwa saya memindahkan beberapa jerigen dari jejeran seluruh jerigen di atas meja ini untuk memasang stop kontak kemarin. Tapi mengapa pagi ini seluruh jerigen kembali berjejer rapi seperti semula?
Saya menyimpan pertanyaan ini hingga akhirnya saya menyelesaikan eksperimen di hari itu.
Sorenya saya coba konformasi dengan petugas yang memegang kunci lab ini untuk menanyakan apakah ada yang memasuki ruang lab sepulang saya kemarin.
“Wah nggak ada mas. Kita kan pulang semua karena takut sweaping pendemo kemarin. Petugas teknis lab kulit pun tidak datang kemarin”
Jadi siapa yang merapikan susunan jerigen sampel di atas meja?
Tiba-tiba tubuh saya agak meremang…
Note :
Kisah ini nyata saya alami, apa adanya, tanpa tambahan bumbu dramatisasi.
nah lo? lain kali mbok ada warning di atas HOROR gitu … jadi kan mbacanya pas siang aja
ini tiwas kelar mbaca jeh
wew jam 03.21 π
di sini juga banyak yg bilang ada yg gitu2 itu
tapi karena gak dan jangan sampai pernah bersua yaaaaa diantepin aja.
lak seneng toh ada yg mberesi hehehe
Untungnya saya juga nggak bersua sih mbak, tapi Alhamdulillah dibantu beresin hehehe (haha)
jleb…mungkin susunan itu nggak boleh diubah mas…. heeee
Iya Randa, makanya sampai sekarang saya selalu berusaha menjaga kebersihan dan kerapihan di lab ini. Mungkin “yang di sini” suka dengan kerapihan #eh (ninja)
maklum man faktor U
kan lo sendiri yang beresin masa bisa lupa sih
#kalem (lol)
#keplak Aris (idiot)
Wah serem juga ya mas. Tapi enak sih dibantu ngerapiin labnya (lmao)
Hehehe iya, untung dibantu merapikan ya bukan sebaliknya hehehe (haha)
hehee, iya ya, untung aja “hantu” nya baik tuh
suka kebersihan dan kerapian
jadinya batu bersih bersih
Iya Elsa, alhamdulillah baik (goodluck)
deu.. buruan bilang makasih atuh kang…
Makasih ya Hanee… #eh (haha)
wah beneran bang?bang iman mungkin lupa susunannya?hhe
misteri juga nih ya π
Beneran Ecky, yakin kok π
salam perkenalan tuh kak dari penghuni lama…
Iya, mungkin ingin ajak kenalan hehehe (haha)
ah palingan lupa aja inih.. padahal sebetulnya yang beresin ya mas Iman sendiri… bener kata tetua di atas, faktor U… #nyolot :p
#keplak (idiot)
setuju ma yang diatas ^doni n pak ketu^ kyanya kang iman lupaaaa ni.. π
btw, besok dicoba lagi ya.. geser2 yang ga perlu digeser trus difoto. hari berikutnya diperiksa, berubah lagi ga letak barangnya hehehe..
Bener kok Mim, kali ini saya ingat banget π
Jadi inget masa-masa penelitian dulu, sukanya liat yang aneh-aneh di lab, mulai dari kursi yang gerak-gerak sendiri sampai kran air yang buka sendiri. π