Review

Review Film Kulari Ke Pantai (2018)

July 2, 2018

Aktifitas liburan lebaran kemarin membuat saya lalai untuk mengecek email. Hasilnya saya melewatkan 2 undangan untuk menyaksikan film yang sebenarnya sudah saya tunggu-tunggu, yakni Kulari Ke Pantai. Undangan pertama adalah Press Screening pada Jumat, 22 Juni dan kedua adalah Gala Premier pada Sabtu, 23 Juni. Keduanya bertempat di Epicentrum XXI. Dan saya pun cuma bisa menyesal  (tears) .

Dan di hari pertama pemutarannya, 27 Juni 2018,  saya langsung menyaksikan film ini. Nama besar Riri Riza dan Mira Lesmana seolah memberikan garansi kepada saya atas film yang berkualitas untuk disaksikan. Dan benar, saya sangat suka dengan Film Kulari Ke Pantai!

Drama, Petualangan, Komedi

Berbeda dengan Petualangan Sherina yang merupakan film musikal, Kulari Ke Pantai adalah murni film drama petualangan, tapi tetap dilengkapi dengan lagu-lagu yang asyik untuk didengarkan di sepanjang film.

Sebenarnya banyak persamaan yang saya rasakan antara kedua film ini, di antaranya adalah sama-sama bertema petualangan, sama-sama bertokoh utama anak perempuan, dan sama-sama memiliki unsur komedi yang renyah. Satu hal lagi yang saya rasakan adalah adanya kemiripan atara Sherina kecil dengan Maisha Kanna (pemeran Sam), baik gestur maupun penampilan fisik. Mirip kan?

Kulari Ke Pantai berkisah tentang perjalanan yang dilakukan oleh seorang Ibu dan dua anak perempuan untuk menjelajahi beberapa tempat di Pulau Jawa. Perjalanan dengan mengendarai mobil ini pun menjadi seru karena dua anak perempuan tersebut memiliki kepribadian yang sangat berbeda, bahkan bisa dikatakan bertolak belakang. Sam (Maisha Kanna) merupakan anak yang ceria dan sederhana sedangkan Happy (Lil’ly latisha) adalah anak yang sangat glamour dan cenderung gadget-holic. Mama Uci (Marsha Timothy) harus ekstra fokus dalam menjaga kedua anak perempuan yang seringkali berseteru ini.

Selipan humor hadir dengan porsi dan timing yang terasa pas. Sosok komika seperti Dodit dan Mo Sidik muncul dengan kelucuan yang segar dan menggelitik. Sosok Suku Dani seorang surfer yang gemar menjelajah banyak kota di Indonesia juga hadir melengkapi cerita yang sudah renyah menjadi bertambah nilai rasa. Kehadirannya cukup unik karena ia seorang bule keturunan Amerika yang lahir dan besar di Papua. Ia memiliki logat Papua. Dalam Film ini dia kerap mendongeng diiringi ukulele kesayangannya tiap kali berkomunikasi dengan orang. Garing sih tapi cukup menggelitik karena logat Papuanya yang kental 🙂 .

Karakter & Chemistry POL

Sejak scene awal kita mendadak langsung mencintai sosok demi sosok yang dihadirkan dalam film ini. Sam yang ceria, punya banyak teman, fasih berbahasa Inggris, dan punya hobi surfing. Mama Uci yang begitu mencintai pekerjaannya berkebun organik bersama sang suami, Irfan (Ibnu Jamil). Ketiganya begitu natural  sebagai sebuah keluarga, chemistry mereka dapet banget.

Hubungan Sam dan Happy yang naik-turun merupakan nyawa dalam film ini. Karakter keduanya berhasil dihidupkan dengan sangat meyakinkan oleh para pemain cilik kita ini. Buat yang memiliki anak yang telah memasuki usia remaja ada baiknya menonton film ini untuk dapat menyelami pikiran mereka dengan lebih baik.

Sebagai latar belakang cerita adalah hubungan adik dan kakak antara Uci dan Arya (Lukman Sardi) yang sempat menegang namun akhirnya mencair kembali berkat anak-anak mereka. Adegan ketika Sang kakak bisa menerima sang adik apa adanya cukup menyentuh bagi saya. Marsha dan Lukman memerankannya dengan sangat baik.

Ada pula sosok-sosok lain yang hadir melengkapi cerita, seperti Mama Ella dan anak-anak dancernya, juga Edi dan Fifi pasangan fotografer idealis namun realistis yang hobi keliling Indonesia, serta Dodit dengan anaknya, Wahyu. Dalam salah satu adegan ketika Sam dan Wahyu berseteru, mendadak saya jadi teringat adegan perseteruan yang mirip antara Sherina dan Saddam di Petualangan Sherina 😛 .

Oh ya, ada Milly dan Mamet juga lho yang hadir sebagai cameo dalam film ini. Riri dan Mira pintar juga menyelipkan iklan film mereka yang akan datang di film ini.

Happy, the Glam Girl

Ini karakter yang bikin saya jatuh cinta pada pandangan pertama di film ini. Lil’ly latisha luwes dan fasih banget memerankan Happy, remaja jaman now yang hampir tidak pernah memakai bahasa Indonesia dalam kesehariannya, gadget yang tidak pernah lepas dari tangan, dan pastinya juga seorang selebgram. Sosok Happy sangat menyentil kita sebagai penonton, baik sebagai orang tua juga atau pun pribadi yang mungkin memiliki “kelakuan” yang tidak jauh berbeda dengannya. Melihat tingkah polah Happy di sepanjang film ini mungkin akan berhasil membuat sebagian besar penonton merasa melihat diri sendiri dalam bentuk yang lain. Ayo ngaku, bener kan?  😛

Indonesia Indah ya

Diawali di Rote, Nusa tenggara Timur, film ini telah membuai mata dengan keindahan pantai dan lautnya. Setelah itu dilanjutkan dengan tampilan ruwetnya Kota Jakarta. Petualangan ke beberapa tempat di Pulau Jawa pun dimulai, dimulai dengan Kota Cirebon, Temanggung, Pacitan, dan Blitar. Kemudian dilanjutkan ke Bromo dan berakhir di Banyuwangi.

Film ini menampilkan keindahan alam Indonesia dengan segenap pernak-perniknya, seperti kuliner yang unik dan menggugah selera serta keramahan penduduknya. Tiap tempat yang disinggahi ditampilkan keunikan dan daya tariknya masing-masing. Kendati hanya sekilas, namun cukup membuat kita sebagai penonton menjadi penasaran dan ingin juga mengunjunginya.

Saya curiga rute yang dilalui trio Mama Uci, Sam, dan Happy ini akan jadi paket yang menjual bagi agen-agen wisata sebagaimana AADC 2 yang lalu  😛

Eh Tapi…

Ada yang mengganjal sih ketika menonton film ini, yakni ketika adegan Mama Uci dengan sangat ringan mempersilakan Dani untuk ikut mobil mereka ketika menuju ke Blitar. Kalau dicerna secara nalar sih agak riskan ya, mereka kan jalan-jalan Cuma bertiga dan semuanya perempuan, bukankah sangat beresiko mengajak lelaki yang baru dikenal untuk ikut dalam perjalanan mereka?

Komplain lainnya adalah begitu banyak sponsor yang hadir dalam film ini. Memang Riri dan Mira menampilkan tiap-tiap sponsor dengan sangat halus dan cenderung tidak mengganggu cerita, tapi ketika tiba-tiba ada zoom merk produk tertentu cukup mendistraksi konsentrasi penonton.

THEY ARE SO PURE

Itulah pesan yang sangat mengena buat saya selesai menyaksikan film ini. Kontaminasi gaya hidup orang tua masing-masing lah yang memberi warna pada tiap anak. Aslinya tiap anak memang sangat tulus dan murni. Film ini dengan sukses menyampaikan hal tersebut. Bagaimana Happy yang glamour dan Sam yang sangat cuek bisa memiliki kesamaan ketika menolong anak lain yang tengah dalam kesulitan. Luar biasa kan?

COMPLETE

Buat saya  Kulari Ke Pantai merupakan film keluarga yang komplet dan berkualitas. Sudah lama saya menantikan film anak yang bermutu hadir di perfilman Indonesia setelah Petualangan Sherina dan Laskar Pelangi. Menurut saya film ini bisa disejajarkan dengan kedua film tersebut.

Permasalahan teknikal seperti kualitas gambar dan suara sudah tidak lagi perlu dibahas, karena saya sebagai penonton bisa menikmatinya dengan mulus dan tanpa komplain. Keindahan alam Indonesia dapat tersaji secara memukau di sini.

Sebagai sebuah tontonan keluarga saya sangat merekomendasikan film ini. Tidak hanya bisa dinikmati oleh anak, tapi banyak pelajaran buat para orang tua untuk lebih memahami dunia anak-anak. Guys, yuk nonton  🙂

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.